Mohon tunggu...
Anak Jakarta
Anak Jakarta Mohon Tunggu... -

tinggal di jakarTa.. santai ajaaa...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Baru

19 Juni 2011   19:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:21 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

indonesia baru

Waktu kita melancarkan 'Gerakan Reformasi' untuk secara beramai ramai meruntuhkan kekuasaan Soeharto yang menekan, kayaknya kita memiliki keinginan atau harapan akan datangnya Indonesia Baru, yaitu suatu keadaan negeri kita yang benar2 baru dan sejahtera bin makmur serta bebas KKN.

Bentuk Indonesia baru itu seperti bagaimana sih?  Susah juga ngejawabnya.  Mungkin perlu dibikin seminar yang dihadiri para ahli dan 'nara sumber' yang canggih yang terdiri atas para Professor dan Doktor dari seluruh negeri ini.  Dan diperkirakan hasil dari seminar itu adalah bertumpuk tumpuk kertas kerja serta rekomendasi yang kemungkinan besar gak akan dikerjakan..

Tapi buat warga kebanyakan, Indonesia Baru itu mungkin berupa peluang berusaha yang lebih adil, terbukanya kesempatan kerja baru, suatu sistem transportasi massal baru, sekolah sekolah baru yang biayanya terjangkau, pasar yang tidak didominasi oleh modal asing dll dll... (Banyak bener maunya, jadi rakyat aja sok milih-milih)..
Memang bagi kebanyakan warga negara kita, Indonesia Baru yang diimpikan itu adalah 'diperbaharuinya' taraf kehidupan mereka menjadi tersejahterakan seperti yang diamanatkan oleh Mukadimah UUD kita.

Banyak warga kita merasa secara ekonomi mereka tidak 'terbarukan' dengan adanya gerakan reformasi dulu, suatu gerakan yang digambarkan akan membawa rakyat Indonesia menjadi lebih berdikari secara POLEKSOSBUD, (ngarti gak loe??).   Gerakan itu memang tidak seluruhnya gagal, buktinya kita kan sekarang bisa ngoceh lebih merdeka dan dapet tambah libur 1 hari waktu Imlek.. xixixixi...

Lalu kenapa sih kok negeri kita gak bisa melesat secara ekonomi kayak negri2 lain yang waktu tahun 1998 juga kena krisis keuangan ? Apa kita bodoh banget gitu, sehingga 'pesawat' Indonesia gak juga tinggal landas?  Udah 10 tahun lebih kita masih muter2 di landasan, sementara negri lain udah kemana tauu... Apa yang salah? atau siapaa ???

Kalau bicara apa dan siapa yang salah, yaa... yang musti kita salahin ya diri kita sendiri. Kita semua bertanggung jawab karena setelah melewati 3x PEMILU, kita masih juga menunjuk wakil kita di parlemen yang kualitasnya pas-pasan banget (gw mau bilang jelek gak sampe hati) dan kita masih juga memilih pemimpin yang gak lebih baik dari yang lama. (kata orang2: ambil yang paling gak jelek diantara yang buruk).

Jadi Indonesia Barunya kapan datengnya dong? Menurut gw sih dia/itu gak akan dateng, tapi harus dibikin, dibentuk. Dan untuk membentuknya, di negri ini harus ada seorang pemimpin yang bisa mengarahkan dan menunjukkan kepada 200 juta lebih masyrakat Indonesia bagaimana seharusnya kita bertindak dan bersikap. Kita gak perlu pemimpin yang selalu ragu-ragu dan banyak pertimbangan, kita hanya perlu pemimpin yang visioner dan berani, pemimpin yang tau kemana dan bagaimana bangsa harus melangkah.. Lebih utama lagi negri ini gak membutuhkan pemimpin yang cengeng !

Jadi di masa mendatang kita semua harus lebih cerdas dalam menentukan dan menunjuk siapa yang akan menjadi wakil kita di parlemen dan siapa yang akan memimpin kita dalam upaya bangsa ini membentuk INDONESIA BARU..

Semoga Tuhan menolong kita..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun