Mohon tunggu...
Ana Fadhilatur Rohmah
Ana Fadhilatur Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa

seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Cigugur: Tempat Melihat Agama tidak Saling Berlomba, Tetapi Berjalan Bersama

2 Agustus 2025   10:18 Diperbarui: 2 Agustus 2025   10:14 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lereng kaki Gunung Ciremai yang sejuk, terdapat Desa Cigugur di Kabupaten Kuningan yang tak sekedar menyimpan sebuah hamparan pedesaan dan sawahnya, melainkan sebuah cerminan Indonesia sesungguhnya. Desa Cigugur bagi saya adalah ruang belajar paling nyata tentang bagaimana suatu perbedaan bisa menyatu, saling menguatkan, dan bagaimana adanya perbedaan agama bisa berjalan beriringan tanpa saling menjatuhkan. Implementasi nyata semboyan Bhineka Tunggal Ika simbol Indonesia bahwa berbeda tetapi tetap satu memang sangat terlihat di desa ini. Saya mengagumi bagaimana keberagaman agama, ras, dan perbedaan suku saling menyatu, bahkan menjadi akar yang kuat untuk menjulang tinggi. 

Menurut data penduduk berdasarkan data kelurahan 2022, Desa Cigugur agama Islam terdapat 4.457 jiwa, Katolik 2.976 jiwa, Kristen 110, Hindu 1 jiwa dan Kepercayaan 150 jiwa (Dokumen Profil Kelurahan Cigugur tahun 2022, dalam Hafizh, R. 2025). Agama yang ada di Desa Cigugur ini dari sejarah awalnya Cigugur ini sebenarnya dulu adalah masyarakat yang berasal dari satu kepercayaan yang sama yaitu Agama Djawa Sunda (ADS), atau yang biasa masyarakat menyebutnya dengan Sunda Wiwitan, namun karena adanya mungkin kesalahpahaman arti ataupun ajarannya masyarakat menjadi terpecah ke beberapa agama lainnya. 

Berjalan Bersama dalam Praktik Kehidupan

Cigugur adalah rumah bagi berbagai khalayak komunitas keagamaan yang telah menjalin kehidupan dengan mengedepankan harmonisasi selama puluhan tahun, sampai saat ini. Potret keberagaman yang hidup disini tergambarkan karena 5 agama menjadi satu, diantaranya Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Kepercayaan Sunda Wiwitan (Agama Djawa Sunda) bukan sekedar menopang di wilayah yang sama, namun juga berbagi kehidupan sosial yang saling menjunjung martabat antar sesama. Konsep "berjalan bersama" di Cigugur tidak lahir dari idealis semata, tetapi lahir dari pengalaman panjang terkait kehidupan bermasyarakat. Saya melihat banyak sekali peristiwa, kegiatan, dan segala bentuk aktivitas tidak memandang bulu. Dalam kehidupan sehari-hari, saya melihat bagaimana suatu keharmonisan dalam sebuah acara keluarga, seperti doa yang tidak hanya dihadiri satu umat tetapi mereka juga mengundang saudara-saudara mereka yang berbeda agama untuk bergabung. 

Menurut Pak Aang sebagai Ketua LPM dan beliau juga bercerita bahwa bukan hal aneh kalau di Desa Cigugur ini seseorang mempunya keluarga dengan perbedaan agama di setiap anggota keluarganya. Hal yang menakjubkan adalah ketika upacara adat Sunda Wiwitan berlangsung, semua warga dari berbagai latar belakang ikut turut menghormati bahkan tidak ada yang berusaha merusaknya. Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang saling membantu dalam berbagai hal keperluan, mulai dari acara pernikahan, tasyakuran, musibah kematian, tanpa mengkhawatirkan sudut pandang agama lain. Saat kegiatan Seren Taun (pesta panen) juga menjadi momen dimana semua warga berkumpul untuk bersyukur atas hasil bumi, mereka melakukan doa bukan hanya sepihak, namun semua doa setiap keyakinan juga dilakukan secara bergantian.

Makna Sunda Wiwitan sebagai Agama Kepercayaan

Kehidupan beragama di Desa Cigugur ini meskipun tahu bahwa agama yang dianut beragam, Saya sangat melihat bahwa kehidupan masyarakat sangat tertanam erat rasa persaudaraan dan saling membantu meskipun mereka tahu adanya perbedaan. Saat saya bertemu dengan Pak Kento sebagai sesepuh Sunda Wiwitan untuk bertanya mengenai makna sunda wiwitan di Desa Cigugur ini, beliau mengatakan bahwa sunda wiwitan merupakan produk suatu bangsa yang diartikan oleh masyarakat sebagai bentuk kasih sayang yang menjunjung nilai kebangsaan. Implementasi sunda wiwitan ke dalam masyarakat menurut Pak Kento adalah memahami bahwa manusia punya rasa, sehingga mampu merasakan, tutur kata dan perbuatan diolah dalam pikiran dan batin supaya pelaksanaan tidak bersinggungan dengan pihak lain. Hal tersebut yang Pak Kento tanamkan sebagai seorang penganut agama kepercayaan sunda wiwitan untuk melaksanakan cinta kasih antar sesama. Saya memahami bahwa Sunda Wiwitan sangat bermakna bagi mereka yang sudah menjalaninya berpuluh-puluh tahun dan bahkan masih ada yang mampu mempertahankannya di tengah masyarakat modern saat ini.

Model keberagaman di Desa Cigugur menunjukkan bahwa agama disini tidak perlu adanya persaingan untuk membuktikan siapa yang paling unggul atau benar. Sebaliknya, mereka disini berjalan secara beriringan dan bersama, masing-masing memberikan suatu kontribusi terbaiknya untuk dapat menumbuhkan kehidupan yang baik dalam bermasyarakat. Islam dapat memberikan nilai-nilai persaudaraan dan kepedulian sosial, Katolik dapat berbagi tradisi pelayanan sosial dan komitmen terhadap suatu keadilan, Kristen dapat menyumbangkan semangat kasih dan pengampunan sesama, Hindu dapat berbagi filosofinya tentang bagaimana keseimbangan hidup, sementara kepercayaan lokal dapat memberikan suatu koneksi yang menyambungkan antara alam dan tradisi suatu masyarakat. Sehingga keseluruhannya menjadi suatu bentuk pengikat yang kuat untuk menumbuhkan rasa keharmonisan yang tinggi di Desa Cigugur ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun