Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Situasi Tak Sehat Karena Banyak “Sampah” di Lingkaran Jokowi?

2 Februari 2015   17:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422849217619551536

[caption id="attachment_349078" align="aligncenter" width="420" caption="Ilustrasi/Repro-desain: Abdul Muis Syam"][/caption]

MULAI dari bagi-bagi “Trikartu” yang tiba-tiba muncul dengan sumber anggaran pengadaannya yang tidak jelas, hingga pada penanganan distribusinya yang belum tuntas dan belum beres-beres.

Juga dengan masalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mendadak dinaikkan oleh Pemerintah Jokowi-JK, lalu tiba-tiba harus dua kali diturunkan dalam waktu yang singkat, membuat rakyat kini benar-benar berada di “zona tidak nyaman” karena kondisi harga-harga kebutuhan pokok ikut jadi “kocar-kacir”.

Menyikapi kondisi tersebut, anggota Panel ahli di badan dunia (PBB) bidang ekonomi, Dr. Rizal Ramli dalam twitternya menyebutkan, kebijakan hanya naikkan harga tanpa menekan biaya, adalah hanya  menyengsarakan rakyat dan membuat Indonesia semakin tidak kompetitif di ASEAN.

“Tidak mungkin meningkatkan kesejahteraan rakyat kalau kebijakannya neoliberal, hanya sekadar menaikkan harga dan untungkan pejabat KKN,” tulis Rizal Ramli.

Sejumlah menteri juga dinilai bertindak secara “sadis”. Yakni ketika energi kebutuhan rakyat seperti BBM, gas elpiji dan listrik telah dicabut (dihilangkan) subsidinya, pemerintah melalui menteri BUMN malah menyiapkan anggaran sebesar Rp.72,97 Triliun sebagai subsidi buat sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Banyak barang publik (energi, listrik, gas) dikelola BUMN monopolistik. Selain menaikkan harga sebetulnya banyak peluang untuk menekan biaya,” tulisnya.

Sementara di sisi lain, masalah Menkopolhukam Tedjo juga menjadi sorotan publik karena dalam menyikapi konflik KPK Vs POLRI, ia sempat menuding rakyat yang pro-KPK sebagai rakyat yang “tidak jelas”. Dan tudingan tersebut tentunya hanya membuat hati rakyat di seluruh lapisan menjadi terpukul.

"Rasa keadilan juga dikoyak dgn kasus Polri vs KPK. Etika Publik dan misi anti KKN diabaikan demi pertimbangan prosedur," tweet Rizal Ramli.

Akibat dari tudingan rakyat yang tidak jelas tersebut, Menkopolhukam Tedjo pun “diserang” dan bahkan ada yang minta agar pejabat seperti Tedjo segera diberhentikan dari jabatannya.

Rizal Ramli yang pernah sukses menurunkan Utang Luar Negeri semasa menjabat Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur ini pun menegaskan, masalah kesejahteraan, ekonomi, hukum, dan sosial Indonesia, terlalu berbahaya jika diserahkan ke Team Ekonomi, Hukum dan Sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun