Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kadir (Pensiunan Guru): Konvensi Capres Rakyat Lebih Demokratis

11 November 2013   21:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:17 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abd. Kadir Moha (Sumber: photobucket.com)

[caption id="" align="alignleft" width="265" caption="Abd. Kadir Moha (Sumber: photobucket.com)"][/caption] DIBANDING Konvensi Capres Parpol, maka Konvensi Capres Rakyat sangat jauh lebih baik. Artinya, Konvensi Rakyat lebih demokratis dan diyakini hasilnya adalah lebih murni dari pada Konvensi Capres yang dilakukan oleh internal Partai Politik (parpol). Hal tersebut dikemukakan seorang Tokoh Pendidik sekaligus pensiunan PNS (guru) di Kota Gorontalo, Abd. Kadir Moha, kepada Majalah Perubahan (Majalah Bentor Grup), Senin (11/11/2013). Guru Kadir (sapaan akrab Abd. Kadir Moha) yang ditemui di kediamannya di bilangan Kompleks Perumnas Pulubala-Kota Gorontalo itu menyatakan dukungannya secara tegas atas diselenggarakannya Konvensi Rakyat tersebut. “Karena Konvensi Rakyat lebih demokratis dan aspiratif, maka jujur lebih mendukung Konvensi Rakyat daripada Konvensi yang dilakukan oleh parpol,” kata Guru Kadir. Guru Kadir yang pernah mengabdi sebagai seorang guru yang mengajar di SD di daerah-daerah pedalaman selama 42 tahun itu juga menuturkan, bahwa rakyat sesungguhnya telah sangat lama mendambakan terjadinya perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Era Reformasi, katanya,  hingga kini hanya lebih memperlihatkan keangkuhan para parpol memamerkan pemasungan demokrasi rakyat. Seperti Konvensi Capres oleh para parpol, itu hanya lebih mencerminkan selera para elit parpol  tersebut. “Rakyat hanya seakan dipaksa memilih figur dalam setiap Pilpres, karena figur tersebut telah ditentukan oleh parpol itu sendiri, bukan dari rakyat. Jadi tentu saja hal itu bukan demokrasi,” lontarnya. Guru Kadir memberi contoh yang banyak terjadi selama ini. Misalnya, dalam ajang pilkada (Pilgub maupun Pilbup), pasangan kandidat banyak yang tiba-tiba diputuskan atau ditetapkan sebagai calon kepala daerah oleh parpol atau gabungan parpol tanpa diketahui oleh kader hingga paling bawah. "Saya banyak menemui keluhan dari para kader parpol di tingkat desa dan dusun. Mereka banyak yang kecewa ketika calon kepala daerah tiba-tiba ditetapkan tanpa sepengetahuan atau tidak melibatkan para kader di desa dan dusun itu. Dan menurut saya itu adalah bukti bahwa banyak elit parpol yang egois, arogan dan seenaknya menentukan calon pemimpin menurut keinginan sendiri," ungkapnya. Guru Kadir mengaku saat masih aktif sebagai PNS saja kerap menentang kebijakan dari institusinya apabila dinilainya bersifat egois, arogan atau angkuh. Dan sifat-sifat itulah, katanya, yang sesungguhnya yang tercermin dalam setiap konvensi capres yang dilakukan oleh para parpol. Menurut Guru Kadir, parpol memang ada kader-kader sebagai anggota. Tetapi, katanya, parpol belum tentu ada massa riil.  “Sejauh ini parpol hanya mengadandalkan kekuatan materiil berupa uang yang berlimpah. Dan dari kekuatan materiil itulah mereka (parpol) gunakan untuk ‘membeli” (mendapatkan) massa riil. Dan cara-cara seperti inilah yang merusak negeri kita,” jelasnya. Jadi sekali lagi, kata Guru Kadir, Konvensi Capres Rakyat patut didukung oleh seluruh rakyat yang ingin menghendaki perubahan sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat. “Saya pikir Konvensi Rakyat itu wajib kita dukung bersama. Sebab itu adalah salah satu upaya yang sangat jelas arahnya untuk sebuah perubahan yang mendasar,” katanya. Dan satu hal lagi, lanjut Guru Kadir, selain bersifat demokratis Konvensi Rakyat itu juga nampaknya sangat menghargai posisi rakyat yang di tangannya terletak seluruh kedaulatan di negeri ini. "Dan Konvensi Capres Rakyat inilah sesungguhnya Divisi Utama, karena dari kompetisi ini akan melahirkan calon presiden yang benar-benar dibutuhkan oleh rakyat," pungkas Guru Kadir yang kini aktif sebagai seorang Tutor (setara Dosen) di Universitas Terbuka itu. Sebelumnya, sebagaimana diketahui bahwa sejumlah tokoh nasional, tokoh masyarakat, rohaniawan, akademisi, tokoh perempuan dan budayawan membuka "lowongan" untuk jadi Capres melalui KONVENSI RAKYAT. Dan ini bermaksud untuk memunculkan calon presiden yang ideal 2014 sesuai selera rakyat. Peserta Konvensi Rakyat ini terbuka untuk umum yang dimulai dari tanggal 10 Nopember hingga 10 Desember 2013. Konvensi Rakyat tersebut diketuai KH. Salahuddin Wahid dan dibantu oleh anggota komite lainnya yakni, Adnan Buyung Nasution, Natan Setiabudi, Jaya Suprana, Frans Magnis-Suseno, Ichlasul Amal, Aristides Katoppo, serta jurnalis senior Rommy Fibri yang ditunjuk selaku Sekretaris Komite Konvensi Rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun