Mohon tunggu...
amsdn28cakranegara
amsdn28cakranegara Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Mataram

Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Semester 6 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Mahasiswa Asistensi Mengajar Angkatan 5 dalam Mengenalkan Budaya Indonesia melalui Program Batik Shibori di SDN 28 Cakranegara

6 Juli 2025   18:02 Diperbarui: 6 Juli 2025   17:02 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Batik Shibori di Kelas 3 SDN 28 Cakranegaran (Sumber : Dokumentasi Asli)

KONTRIBUSI MAHASISWA ASISTENSI MENGAJAR ANGKATAN 5 DALAM MENGENALKAN BUDAYA INDONESIA MELALUI PROGRAM BATIK SHIBORI DI SDN 28 CAKRANEGARA

Batik merupakan salah satu bentuk seni kriya yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai warisan budaya yang memiliki nilai estetika tinggi, batik tidak hanya dikenal luas, tetapi juga telah menjadi identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia (Regina, 2019). Keberadaannya yang melekat dalam berbagai tradisi dan perayaan adat menjadikan batik sebagai simbol budaya yang kaya akan filosofi. Bahkan, UNESCO telah mengakui batik sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Dunia, yang menegaskan betapa pentingnya menjaga keberlanjutan tradisi ini (Sari, 2022).

Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan motif batik yang mencerminkan nilai-nilai lokal serta kearifan leluhur yang diwariskan secara turun-temurun. Oleh karena itu, pelestarian batik menjadi langkah strategis dalam menjaga jati diri bangsa di tengah arus modernisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui edukasi kepada generasi muda mengenai makna dan proses pembuatan batik, agar mereka tidak hanya mengenalnya sebagai produk, tetapi juga memahami nilai budaya di dalamnya.

Sebagai bentuk kontribusi dalam upaya pelestarian budaya tersebut, mahasiswa asistensi mengajar angkatan 5 di SDN 28 Cakranegara menyelenggarakan program edukatif berupa praktik pembuatan batik dengan teknik Shibori. Kegiatan ini menjadi sarana pengenalan budaya Indonesia kepada peserta didik melalui pengalaman langsung yang menyenangkan dan kreatif. Dengan melibatkan peserta didik kelas III A dan III B sebagai peserta aktif, mahasiswa tidak hanya mengajarkan keterampilan membatik, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan budaya bangsa.

Kegiatan praktik pembuatan Batik Shibori di SDN 28 Cakranegara merupakan bagian dari inovasi pembelajaran berbasis budaya, yang bertujuan untuk mengenalkan warisan budaya Indonesia melalui pengalaman langsung yang menyenangkan. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari dan melibatkan seluruh peserta didik kelas III A dan III B, dengan jumlah total 61 peserta didik. Kegiatan dibagi dalam dua hari, hari pertama untuk kelas III A dan hari kedua untuk kelas III B. Para peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 6–7 orang. Setiap kelompok menyiapkan satu lembar kain berukuran sebesar taplak meja untuk dikerjakan bersama. Sebelum memulai praktik, mahasiswa asistensi mengajar memberikan penjelasan mengenai pengertian Batik Shibori, sejarah singkatnya, serta langkah-langkah pembuatan secara sederhana. Penjelasan ini bertujuan agar peserta didik memahami konteks budaya dan teknik dasar yang akan mereka praktikkan.

Penjelasan terkait Prosedur  Pembuatan Batik Shibori (Sumber : Dokumentasi Asli)
Penjelasan terkait Prosedur  Pembuatan Batik Shibori (Sumber : Dokumentasi Asli)

Selanjutnya, peserta didik menyiapkan alat dan bahan yang telah disediakan, seperti kain, pewarna (wantek), air hangat, garam untuk menguatkan warna, karet gelang, sendok, wadah bekas, dan kelereng sebagai variasi motif

Penyiapan Alat dan Bahan (Sumber: Dokumentasi Asli)
Penyiapan Alat dan Bahan (Sumber: Dokumentasi Asli)

Pada tahap melipat dan pengikatan kain, mahasiswa asistensi mengajar terlebih dahulu memberikan contoh kepada peserta didik. Proses ini mencakup dua teknik dasar yaitu melipat dan mengikat kain. Kain dilipat terlebih dahulu dengan berbagai model seperti lipatan persegi, segitiga, zig-zag, atau spiral kemudian diikat menggunakan karet gelang atau dililit dengan benang. Setiap kelompok diberi kebebasan dalam menentukan bentuk lipatan dan titik pengikatannya sesuai dengan imajinasi dan kreativitas masing-masing. Keragaman lipatan ini menjadi penentu utama pola yang akan muncul pada hasil akhir, karena setiap bentuk lipatan akan membentuk motif yang berbeda setelah proses pewarnaan dan pembukaan ikatan.

Melipat Kain (Sumber : Dokumentasi Asli)
Melipat Kain (Sumber : Dokumentasi Asli)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun