Mohon tunggu...
AMRUL HAQQ
AMRUL HAQQ Mohon Tunggu... Seniman - Pendiri Media GelitikPolitik.com

Amrul Haqq merupakan penulis buku dan pendiri sekaligus pemimpin redaksi media online berbasis politik bernama GelitikPolitik.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada: Pesta Politik Keluarga?

13 Agustus 2020   12:35 Diperbarui: 13 Agustus 2020   12:49 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah wabah corona 

Masyarakat akan merayakan hak kebebasan memilihnya melalui pilkada 

Figur-figur bermunculan 

Wajah-wajah lama atau kerabat dan sanak keluarga mereka 

Tampil menawarkan pembaharuan 

Untuk memimpin daerah 5 tahun mendatang.

Nampaknya kita memang dihadapi oleh kekurangan tokoh-tokoh kompeten untuk mengawal pembangunan daerah atau memang sengaja menampilkan sosok yang itu-itu saja, kalau bukan pertahana, yaa sanak familinya. 

Demokrasi memang kebebasan kita untuk memilih dan dipilih, bahkan lebih dari itu, demokrasi memaksa kita memilih meskipun tanpa sebuah pilihan. Artinya, masyarakat yang menghendaki tokoh idolanya maju dalam pencalonan dibegal dengan kepentingan partai dan golongan dan terpaksa memilih alternatif lain, berdalih kurangnya suara dukungan atau memang takut tidak bisa mengakomodir kepentingan. 

Fenomena politik lokal yang kian seksi untuk membangun sebuah dinasti kian marak terjadi, orang tua dieksekutif pusat, sang anak bertugas dieksekutif daerah, mulai dari kabupaten/kota, dipoles sedemikian rupa dengan branding 'kerja nyata', lalu maju untuk pilgub dan seterusnya. Hal ini banyak terjadi dan sepertinya mafhum dan bukan rahasia publik, power orang tua untuk mendulang suara sang anak sangat berpengaruh dan tidak usah repot-repot melakukan personal branding berlebihan, cukup labeli nama orang tua dibelakang nama sang anak membuat masyarakat setidaknya mengenali, oh anaknya si itu. 

Bancakan kekuasaan memang tidak hanya terjadi dipusat saja, daerah juga menjadi ladang pembagian bacakan kekuasaan dan tak jarang justru bermuara dipusat. Bukan masalah jika memang pembangunan berjalan mulus ketika 2 periode dipimpin suami dilanjut periode berikutnya dipimpin istri dan seterusnya, masalahnya adalah ketika tidak ada regenerasi kepemimpinan disebuah daerah berarti demokrasi berjalan mundur, rekrutmen calon kepala daerah yang sarat kepentingan keluarga dan golongan membuat tokoh-tokoh terbaik daerah menyerah sebelum bertanding, daerah seakan dikuasai turun-temurun, punya keluarga onoh. 

Laga-laga Keluarga 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun