Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Cerpen: Kesaksian Mimpi

Diperbarui: 25 November 2021   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Mimpi (sumber foto: pexel.com)

Kau mengantarkan pagi ke kamarku. Namun, kau terlupa menghapus jejak bening di sudut matamu.

"Mimpi lagi?"

Diammu, memaksaku mengerti. Untuk membiarkan cerita bening embun, dan hening mimpi lesap ke dalam segelas kopi.

"Kau mau memelukku?"

Aku keliru. Pintaku perlahan menghancurkan tembok rapuh yang kau bangun seusai subuh. Tak perlu kuajukan tanya untuk airmatamu.

Dekap eratmu dan jejak bulir hangat yang menyusup di bahuku, adalah caramu memberitahu rasamu.

"Ayah tak pernah bermimpi?"

***
Aku belum lupa untuk bercerita kepadamu. Tapi hingga detik ini, aku masih mencari cara termudah untuk menceritakan tentang mimpiku.

Kau bisa saja mengira, mimpi seperti restoran mewah. Ketika datang dan memandang menu makanan yang dihidangkan, kau menyakini tanpa perlu mencicipi, jika sajian itu akan membuatmu senang dan kenyang.

Mungkin, kau juga menganggap mimpi seperti sebuah kedai kopi. Dengan sabar kau mencecap isi segelas kopi, berusaha menunda waktu ketika dengan lamban mereguknya hingga tetesan akhir berujung tandas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline