Lihat ke Halaman Asli

yuninda putri suhadi

Mahasiswa Universitas Pamulang

Manipulasi Seksual dalam Cerpen "Where Are You Going, Where Have You Been?"

Diperbarui: 24 Juni 2025   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

perspektif tangga dalam cahaya (sumber: dokumentasi pribadi)

Ancaman Tersembunyi di Balik Rayuan: Analisis Cerpen Where Are You Going, Where Have You Been? karya Joyce Carol Oates

 

     

Cerpen Where Are You Going, Where Have You Been? karya Joyce Carol Oates bukan hanya kisah tentang seorang remaja dan laki-laki asing. Ini adalah peringatan keras tentang betapa mudahnya remaja perempuan dimanipulasi, dibujuk, bahkan dipaksa secara halus untuk masuk dalam situasi yang membahayakan jiwa dan tubuh mereka.

Joyce Carol Oates dengan berani menghadirkan sosok Connie, gadis lima belas tahun yang rentan. Ia sedang dalam masa peralihan dari dunia anak-anak ke dunia dewasa. Di usia ini, banyak remaja mulai mengeksplorasi identitas, cinta, dan kebebasan, tapi belum punya cukup kedewasaan untuk menyadari siapa yang bisa mereka percaya. Inilah titik lemah yang dimanfaatkan oleh tokoh Arnold Friend.

Arnold tidak muncul sebagai sosok yang kasar atau menyeramkan di awal. Ia datang dengan senyum, sapaan ramah, dan bahasa yang manis---tapi justru di sanalah letak bahayanya. Perlahan-lahan, ia menggunakan rayuan, bujukan, dan tekanan psikologis untuk membuat Connie merasa tidak punya pilihan selain menyerah. Ia tahu detail kehidupan Connie, ia tahu kapan keluarganya pergi, dan ia tahu bagaimana membuat gadis muda merasa seperti "dicintai" dan "dipilih." Ini adalah bentuk eksploitasi yang sangat halus tapi menghancurkan.

Di balik kalimat-kalimat lembutnya, tersembunyi ancaman. "Kalau kamu tidak keluar, keluargamu akan celaka." Kata-kata ini menunjukkan bahwa yang sedang terjadi bukan sekadar godaan, tapi pemaksaan dengan kekerasan terselubung. Arnold menciptakan ilusi cinta untuk menutupi niatnya yang sebenarnya. Ia tidak memukul, tidak berteriak, tapi ia menyerang lewat kata, tekanan, dan ketidakseimbangan kekuasaan---persis seperti yang sering terjadi dalam kasus grooming atau pelecehan seksual terhadap anak di dunia nyata.

Terinspirasi dari Kisah Nyata yang Mengerikan

Yang membuat cerpen ini semakin mengganggu adalah kenyataan bahwa ceritanya terinspirasi dari kisah nyata. Oates menulis cerita ini setelah membaca tentang kasus pembunuhan remaja bernama Aileen Rowe oleh pembunuh berantai Charles Schmid di tahun 1960-an, yang dikenal dengan julukan "The Pied Piper of Tucson." Kisah ini menunjukkan bagaimana seorang pria dewasa bisa memikat anak-anak perempuan remaja dengan pesona palsu, lalu menyakiti mereka. Ini bukan fiksi yang lahir dari imajinasi kosong. Ini refleksi dari kenyataan.

Cerpen ini terasa semakin relevan di zaman sekarang. Media sosial memberi ruang lebih luas bagi predator untuk mencari korban. Bahasa manis, perhatian yang berlebihan, atau komentar memuji sering dianggap biasa---padahal bisa jadi itu adalah langkah awal eksploitasi. Sama seperti Arnold Friend, banyak pelaku di dunia nyata bersembunyi di balik senyum dan kata-kata manis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline