Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Robohnya Sekolah Kami

Diperbarui: 19 September 2025   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bruk! Atap sekolah itu jatuh menimpa para pelajar di bawahnya, sebagian diantaranya mengalami luka. Peristiwa yang dialami pada SMKN 1 Cileungsi itu menyisakan ketakutan dan kesedihan, bukan tidak mungkin trauma. Begitulah wajah pendidikan kita yang ironis.

Kisah ambruknya atap sekolah tersebut, sekaligus menjadi gambaran dari betapa rapuhnya sistem pendidikan nasional. Belum lama berselang mas Menteri Nadiem -eks Menteri Pendidikan era Jokowi ditetapkan sebagai tersangka kasus pengadaan laptop chromebook dengan kerugian 1.9 triliun sebuah angka fantastis.

Tentu pengadilan serta mekanisme persidangan akan membuka rantai kasus tersebut, dan hakim yang akan menentukan bersalah atau tidaknya mas Menteri Nadiem. Sebagian kita terbelenggu dalam pendapat terkait benar-salah dalam konstruksi perkara itu, tetapi lupa untuk melihat apa dampak dari peristiwa tersebut bagi sistem pendidikan?.

Jebakan paling dasar, adalah apakah laptop chromebook ini awalnya hanya sekedar program atau menjadi proyek? Karena ketika kebijakan menyebut program, harusnya ada efek kesinambungan jangka menengah panjang, dengan menimbang dampak kebermanfaatan yang terukur, sehingga tidak sekedar menjadi pengadaan berbasis proyek berdurasi pendek.

Perangkap selanjutnya adalah tentang nilai perolehan, maka kita akan berbicara untung-rugi dalam angka nominal, sebatas transaksional jual-beli. Pendidikan memang seringkali disalahpahami sebagai biaya -cost, padahal sesungguhnya merupakan sarana investasi kemajuan bangsa.

Keuntungan yang terbesar bila sebuah program pendidikan dapat berjalan baik adalah kualitas dari sumber daya manusia sebagai aktor dan subjek pembangunan di masa mendatang. Keunggulan dalam hal manusia tersebut yang akan menjadi faktor penting dalam kerangka kompetisi antar negara, bukan hanya kuantitasnya tetapi juga kualitas.

Persoalan pendidikan memang kompleks, banyak aspek yang saling terkait, tetapi garis besarnya akan bermuara pada fokus kebijakan yang terkait. Terhitung berbagai masalah teridentifikasi, mulai dari problem sarana dan akses pendidikan, kesejahteraan guru beserta kualitas dengan beban kerjanya, sehingga motivasi siswa juga dukungan lingkup sosial.

Pepatah penting yang patut dicermati perihal pendidikan adalah, "it takes a village to raise a child" dengan begitu kemampuan membentuk generasi terbaik adalah bentuk dari kolaborasi bersama, dimana kekuasaan melalui kebijakan harus memastikan pendidikan diupayakan bagi pemenuhan amanat konstitusi yakni, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perlu dianalisis apakah pengadaan laptop chromebook benar-benar bermanfaat? Adakah fungsinya berdampak pada tujuan kita bernegara? Hal-hal ini perlu ditimbang agar sebuah pilihan keputusan dalam bentuk kebijakan tidak menjadi sia-sia belaka.

Uji dengan teliti bagaimana tingkat ketergunaan perangkat tersebut, lalu seperti apa impak dari keberadaannya, dan apakah laptop chromebook benar-benar menambah kualifikasi peserta didik, atau jangan-jangan pengadaan ini tanpa disertai dasar filosofis yang utuh?

Bila substansi yang mendasar tidak disertakan dalam kajian sebuah program, bukan tidak mungkin aspek pragmatisme mengemuka. Lebih memilih berdasarkan keinginan -wants alih-alih disesuaikan pada kebutuhan -needs, maka kita sesungguhnya gagal dalam mendidik logika urutan prioritas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline