Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Cristiano Ronaldo dan Manchester United, Sebuah Antitesis

Diperbarui: 6 Juli 2022   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cristiano Ronaldo, tidak cocok di Manchester United? (Kompas.com)

Seiring bergulirnya spekulasi transfer Cristiano Ronaldo, yang juga dibumbui manuver Jorge Mendes, muncul anggapan kalau CR7 dan Manchester United sebenarnya tidak cocok sejak awal. Kok bisa?

Dari awal kedatangannya saja, sudah ada kesan dipaksakan. Seperti diketahui, sebelum akhirnya mendarat di Old Trafford, bintang Portugal itu sempat merapat ke Manchester City, bahkan hampir saja sepakat.

Tapi, berkat bujukan Sir Alex Ferguson, Ronaldo akhirnya pulang ke Old Trafford. Keputusan ini lalu mendapat sambutan istimewa, termasuk izin khusus mengenakan nomor punggung 7, yang sebelumnya dikenakan Edinson Cavani.

Dengan catatan cemerlang di periode pertama dan level performanya yang istimewa, harapan besar pun muncul, karena peraih lima Ballon D'Or itu dianggap bisa memberi dampak instan. Tapi, kenyataan berkata lain.

Memang, 24 gol berhasil dicetaknya dari 38 penampilan di semua kompetisi. Tapi, catatan dua lusin gol itu jadi terlihat biasa saja, karena performa The Red Devils secara kolektif lumayan kacau.

Akibatnya, mereka harus absen di Liga Champions dan mendapati Ronaldo ingin hengkang. Alhasil, kita mendapati, Cristiano Ronaldo dan United sebenarnya memang sudah tidak cocok sejak awal.

Keduanya bahkan bisa dibilang sebagai sebuah antitesis yang dipaksakan menyatu. Maklum, sang bintang masih punya ambisi menambah trofi sebanyak mungkin, sementara MU yang sekarang sudah berbeda jauh dengan periode pertamanya dulu.

Jangankan menjadi penantang gelar juara, finis di posisi empat besar saja kadang sulit sekali. Maklum, sejak Sir Alex Ferguson pensiun, klub milik keluarga Glazer ini akrab dengan salah urus dan kebijakan yang kacau, kalau tidak boleh dibilang bobrok.

Kekacauan ini antara lain muncul, karena mereka seperti terkena "post power syndrome". Ditambah lagi, sebagian Manchunian masih berpola pikir instan.

Jadi, wajar kalau kepulangan sang ikon lama disambut meriah, sebelum akhirnya jadi mengecewakan. Situasinya cukup mirip dengan Paul Pogba, yang akhirnya kembali ke Juventus secara gratis, setelah sebelumnya dipulangkan kembali ke Teater Impian sebagai pemain termahal dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline