Lihat ke Halaman Asli

Yona Gus

Lulusan Pendidikan Agama Islam. Pernah menulis artikel di IDN Times dan berbagai platform menulis online. Fokus pada isu-isu agama populer, self-improvement, dan growth mindset.

Mengapa Hati Perlu Dijaga?

Diperbarui: 18 September 2025   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa Hati Perlu Dijaga?

Pernah nggak sih, kita merasa capek bukan karena badan yang lelah, tapi hati yang penuh beban? Kadang kita nggak sadar, hati adalah pusat dari semua hal: niat, pikiran, bahkan cara kita memandang hidup.

Dalam psikologi, hati sering dihubungkan dengan emosi. Kalau hati kita penuh sampah dendam, iri, marah otomatis cara pandang kita ke dunia juga keruh. Sedikit-sedikit tersinggung, gampang sakit hati, susah bahagia.

Sedangkan dalam Islam, hati itu punya kedudukan istimewa. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari Muslim).

Artinya jelas: kalau hati kita nggak dijaga, semua aspek kehidupan ikut kacau.

Lalu, bagaimana cara menjaga hati?

1. Seleksi apa yang masuk ke hati.

   Sama kayak kita pilih makanan sehat untuk tubuh, hati juga butuh “makanan” yang baik: bacaan, tontonan, obrolan, bahkan lingkungan pertemanan.

2. Belajar melepaskan.

   Psikologi modern menyebut ini letting go. Kalau terus menggenggam rasa sakit, kita hanya menambah luka. Dalam Islam pun, memaafkan jadi jalan lapang bagi hati.

3. Isi dengan syukur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline