Lihat ke Halaman Asli

Yen Sembiring

Pekerja swasta

Selat Malaka yang Menarik

Diperbarui: 2 Juli 2025   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Selat Malaka Sumber : Sora AI

Selat Malaka hari ini bukan hanya jalur pelayaran salah satu tersibuk di dunia, juga merupakan mandala perebutan pengaruh strategis antara kekuatan besar. Dari perspektif realisme politik ala Henry Kissinger, situasi yang dinamis ini mencerminkan upaya dan kalkulasi kekuasaan negara besar dalam upaya mempertahankan kepentingan nasionalnya. Aspek utama yang mereka ingin perthankan adalah menjamin akses pelayaran untuk lalu lintas energi dan perdaganganya.Amerika Serikat memperkuat hubungan keamanan dengan Singapura dan Filipina sebagai bagian dari strategi balancing menghadapi kebangkitan dan hegemoni China. Disisi lain China terus menguatkan hegemoniya di Kawasan Asia Tenggara dengan pendekatan bilateral melalui sarana pembangunan ekonomi. China melalui Belt and Road Initiative memperluas pengaruh ekonominya di Malaysia dan Indonesia yang secara geografis mengapit selat Malaka serta menjalin hubungan dengan Thailand dengan menawarkan gagasan pembangunan Terusan Kra yang merupakan bagian dari skema String of Pearls.

Henry Kissinger memandang stabilitas regional hanya bisa dicapai jika ada equilibrium antar aktor utama. Dalam konteks ini negara ASEAN dituntut untuk tidak sekedar menjadi objek, melainkan menjadi aktor strategis yang mampu mengendalikan dan memanfaatkan persaingan antara Amerika Serikat dan China untuk kepentingan nasional masing-masing tanpa jatuh ke dominasi salah satu pihak. Mendukung pemerintahan yang sedang memimpin di masing-masing negara ASEAN harus dilakukan agar tercipta komunikasi dan kerjasama yang baik. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka opsi digesernya zona konflik ke regional Asia Tenggara menjadi kembali hidup.

Realitas hari ini menunjukkan bahwa Selat Malaka bukan sekedar jalur air, melainkan arena manuver kekuasaan. Rusia yang mulai fokus ke Eurasia, akan menambah variasi kejutan di regional Asia Tenggara yang tidak akan bisa meninggalkan Selat Malaka. Selat Malaka menjadi semakin strategis juga semakin rentan jika keseimbangan aktor besarnya tidak dijaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline