Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Kebiasaan yang Jadi Tradisi, Alur Menu, dan Tidak Tidur Setelah Sahur

Diperbarui: 1 Mei 2021   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock

Karena sejak kecil tinggal di lingkungan perantau, tak ada tradisi khas daerah yang bisa dipertahankan. Aku cuma bisa ngaku sebagai orang Indonesia. Mau ngaku Jawa, tak pandai bahasa Jawa. Ngaku Jambi, tak kenal setitik pun budaya Jambi. Kaum gaje.

Jadi kalau disebut tradisi, semata adalah kebiasaan di rumah keluarga besar kami. Yang mungkin tak ada unsur budaya, sekadar kebiasaan yang terbawa sejak kecil hingga nyaris tua saat ini.

Menu Sahur per 10 Hari Ramadan

Sebagaimana informasi yang sering kita terima dari para ustaz, Ramadan terbagi menjadi tiga; 10 hari pertama, kedua, dan ketiga. Pada 30 hari itu, semuanya terdiri dari rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Tidak dipisah-pisah (hadits yang membagi-bagi per 10 hari tergolong dhaif menurut Syekh Al-Albani).

Tapi kita tidak membahas soal level hadits. Siapalah aku yang awam agama. Di sini mau cerita tentang menu sahur per 10 hari yang sudah jadi kebiasaan sejak dulu sekali. Yang mungkin juga terjadi di rumah-rumah orang Indonesia lainnya.

Sepuluh hari pertama, meja makan akan dipenuhi menu sahur yang menggugah selera. Opor, rendang, kalio, gulai usus, ayam panggang, nila kerutup, dll, beda tipis dengan menu lebaran. Pokoknya yang membuat penghuni rumah, terutama anak-anak, lebih mudah bangun.

Memasuki 10 hari kedua. Isi meja agak turun kasta. Ayam-ayaman paling banter dikrispi, atau digoreng tanpa tepung tapi ditemani sambal terasi. Ikan-ikanan berganti jadi sarden kaleng yang tinggal lempar bersama kentang dan kacang panjang. Makin ke ujung telur makin sering muncul.

Pada 10 hari terakhir, seolah koki rumah mau bilang, mau makan hayo, gak ya sudah! Menu superpraktis, telur ceplok, mi instan campur sawi, nget-ngetan sisa buka, ... makannya pun pas alarm imsak sudah meraung dari toa masjid.

Itulah tradisi di rumah masa kecilku dulu. Kini zaman sudah berubah, tapi alur menu tak sehat susah dilepaskan dari kebiasaan. Paling-paling ditambah sedikit bantuan goput.

Baca juga: Jambi itu di Mana sih?

Baca lagi: 6 Indikasi Kamu Adalah Ortu yang Baik

Tidak Tidur Setelah Salat Subuh

Pola makan mungkin tergolong kacau. Tapi pola tidur di rumah kami adalah juara! Orangtuaku terbiasa tidur dan bangun lebih awal dari rumah mana pun. Di bulan Ramadan, setelah sahur jarang sekali anggota keluarga tertidur seperti kebanyakan orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline