Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Anak Hebat, Orang Tua Terlibat

Diperbarui: 4 November 2018   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Definisi anak hebat itu sangat luas sekali.    Apa jawabannya?  Tentu jawabannya sangat variatif.  Ada yang mengatakan anak hebat adalah anak yang genius,  anak yang punya prestasi besar baik itu dalam bidang studi, pekerjaan/karir atau bidang olahraga.   Anak hebat apabila anak itu dapat bertanggung jawab kepada orangtuanya atau menghormati orang tua .

Semua definisi itu sangat benar adanya.  Tetapi kali ini saya ingin membahas anak hebat dikaitkan dengan orang tua yang terlibat langsung dalam pendidikan anaknya.

Sore itu tanggal 24 Oktober 2018, saya mendapat undangan apresiasi untuk menghadiri nomine lomba penulisan blog Pendidikan 2018 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Paud dan Pendidikat Masyarakat.   Suasana Hotel Peninsula begitu penuh sesak dan banyak orang yang mondar mandir untuk mendaftarkan diri alias absen  untuk check-in hotel.

Di antara sekian orang yang datang itu, saya agak tercengang melihat hampir 10 pasang orang yang sudah tua.  Saya pikir apakah mereka peserta lomba atau siapa gerangan. 

Ternyata pertanyaan besar yang ada di kepala saya itu baru terjawab di acara puncak yaitu Penyerahan dan Penghargaan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud Jakarta.

Acara dimulai pukul 19.30 dengan diawali oleh Musik Perkusi dari siswa-siswi SMA 48  dilanjutkan dengan pelbagai pengumuman dan penayangan para pemenang  lomba Film Pendek (PSA dan dokumenter) , apresiasi Sekolah Sahabat Keluarga. Selanjutnya penyerahan apresiasi pendidikan keluarga untuk Lomba Jurnalistik kategori opini, berita , feature dan lomba blog.

Acara selanjutnya apresiasi pendidikan keluarga untuk orangtua Hebat.  Selesai penyerahan apresiasi kepada 10 pasang orangtua hebat, diminta salah satu orangtua hebat yang mewakili 10 orangtua hebat untuk memberikan testimoni.

Bapak Sawiri  bekerja sebagai  seorang tukang becak tinggal di Lingkungan Masigit RT 003/001 Keluarahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegin.   Sang istri , seorang ibu rumah tangga biasa.  Heriyati, yang sering dipanggil "Hera", putri bapak Sawiri ini telah memperlihatkan prestasi sejak kecilnya.  Selalu mendapatkan ranking saat SD, SMP meraih juara 1 di kelasnya.  Meski pendidikan ayahnya hanya sebagai tukang becak, tetapi Sawiri selalu memperhatikan pendidikan putrinya. Ditengah ekonominya yang pas-pasan dengan penghasilan sehari hanya sekitar Rp.15.000-Rp.25.000 Hera yang ingin berniat untuk melanjutkan SMA Negeri 1 Cilegon itu ternyata harus memutuskan tidak memilih SMA Negerei 1 Cilegon hanya karena biaya transportasi yang mahal.  Jarak tempuh dari rumah ke sekolah itu harus menempuh tiga kali angkot, sementara pendapatan /penghasilan ayahnya hanya sekitar 15-25 ribu saja.  Tentunya tidak mencukupi.

Tidak berhasil masuk ke SMA Favortt di Cilegon, Hera memilih melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negerei 2 Cilegon.

Sekali lagi ternyata Hera membuktikan dirinya memang punya prestasi yang hebat. Dia mendapatkan ranking pertama.  Dia juga aktif dalam kegiatan sekolah lomba seperti cerdas cermat, matematika, kimia. 

Untuk membiayai sekolah anaknya Hera, Sawiri sering meminjam uang kepada pelangganya .  Pinjam uang itu dikembalikan dengan cara mengantar jemput anak-anak ke sekolah dengan menggunakan becaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline