Jika Anda atau anak atau saudara Anda kini bekerja di level pemula (entry-level) dalam posisi-posisi seperti admin, data entry, akuntansi, layanan konsumen, legal & compliance, marketing dan sales, bahkan hingga manajerial, dan layanan profesional, bersiap-siaplah menghadapi gelombang PHK dalam beberapa tahun ke depan. Pernyataan ini bukan untuk menakut-nakuti tetapi agar kita bisa mengantisipasi risiko PHK sedini mungkin.
Dinyatakan oleh CEO Anthropic (perusahaan di balik AI chat bot Claude.ai) Dario Amodei baru-baru ini bahwa AI bisa menghapuskan setengah dari jumlah pekerjaan jenis entry-level kerah putih dan meningkatkan angka pengangguran hingga 10 bahkan 20% dalam jangka waktu 1 hingga 5 tahun mendatang. Pernyataan menggemparkan itu ia lontarkan dalam sebuah wawancara yang bisa Anda baca selengkapnya di laman Axios.com ini.
Lebih lanjut, Amodei mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan AI dan pemerintah harus segera berhenti menutup-nutupi gelombang PHK massal yang bakal terjadi sebentar lagi di seluruh dunia. Tak tanggung-tanggung sektor industri yang terdampak juga relatif bervariasi, dari teknologi, keuangan, hukum, konsultan, dan pekerjaan kerah putih level pemula seperti staf admin dan sejenisnya.
Merespon hal ini, pengamat AI dan pendiri Marketing AI Institute Paul Roetzer mengatakan dirinya meyakini bahwa banyak pemimpin perusahaan AI lainnya juga berpikiran sama mengenai kemungkinan PHK massal di beberapa tahun mendatang tapi mereka masih belum setransparan Amodei. Bisa saja karena mereka juga belum tahu solusi dari PHK massal yang bakal terjadi.
Roetzer merinci bahwa bahkan mereka yang optimistis dengan kemajuan teknologi AI dan dampak positifnya bagi umat manusia harus menerima kenyataan bahwa bakal terjadi guncangan hebat di peradaban manusia modern sekarang dengan makin majunya AI di segala lini kehidupan kita.
Selama ini kita yang masih awam memang masih belum sadar sepenuhnya soal bahaya AI terhadap eksistensi manusia terutama lapangan kerja manusia. Amodei menyebut soal 'rasa sakit jangka pendek' yang akan kita rasakan di masa transisi ini dan pemimpin perusahaan AI harus terbuka soal gelombang PHK yang akan terjadi secara luas nantinya.
Untuk menghadapi gelombang PHK massal di seluruh dunia dalam beberapa tahun ke depan, kita harus membekali diri dengan keterampilan yang lebih tahan disrupsi AI, yakni kemampuan kecerdasan emosional dan empati dengan manusia lain, kemampuan bernegosiasi dan membujuk, kepemimpinan dan manajemen tim, dan membangun hubungan dengan pelanggan, kemampuan berinovasi dan kreativitas, keahlian teknik tingkat tinggi, kemampuan menganalisis yang kompleks, dan kepakaran yang butuh pemahaman konteks yang kaya dan sudah diatur secara legal dalam perundang-undangan. (*/)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI