Hari ini Warga keturunan China di Cibinong, Kabupaten Bogor kembali melaksanakan ritual sembahyang Cioko. Upacara sembahyang di pusatkan di kelenteng Hok Tek Bio, Cibinong. Acara dilaksanakan tiap tanggal 15 bulan 7 (Cit Gwee Cap Go) atau jatuh pada tanggal 8 Agustus 2011, pada tahun ini. Cioko atau Ulambama sering disebut juga Hari Raya Setan (Ghost Festival) atau masyarakat mengenalnya sebagai Sembahyang Rebutan.
[caption id="attachment_127655" align="aligncenter" width="640" caption="Masyarakat menunggu pembagian sembako"][/caption]
Menurut seorang pengurus kelenteng, Cioko Sendiri merupakan upacara penghormatan kepada arwah para leluhur. Dalam kepercayaan Tionghoa, pada tanggal tersebut, gerbang akherat dibuka lebar-lebar. Arwah-arwah yang mati secara tidak wajar dapat meminta pertolongan kepada saudara-saudaranya yang masih hidup. Versi lain menyatakan pada tangal tersebut gerbang neraka dibuka dan setan-setan pun turun kebumi.Manusia yang masih hidup berusaha memberi makan mahluk-mahluk halus (setan) tersebut supaya tidak mengganggu arwah leluhur dan orang tua mereka yang sudah meninggal.
Biasanya Sebuah panggungdengan tinggi kurang lebih 3 meter didirikan dihalamankelenteng. Diatasnya disajikan berbagai macam bahan makanan yang nantinya akan di perebutkan. Terdiri dari beras,mie instan dan buah-buahan. Namun tahun ini acara tersebut ditiadakan. Acara rebutan Cuma dilakukan secara simbolis saja diatas meja.
Seorang Tangsin kemudian membakar hio dan merapalkan doa-doa. Tak lama kemudian tubuhnya bergetar, suaranyapun segera berubah. Kwan Kong sang dewa bumi telah datang merasuki tubuh tangsin. Tangsin segera menghunus pedang tajam dan mengiris lidah nya hingga berdarah. Darah yang menetes dari lidah kemudian ditampung dalam wadah kecil. Darahini kemudian digunakan untuk menuliskan huruf-huruf china dalam lembar kertas berwarna kuning. Kertas kuning ini biasanya di tempel di rumah-rumah warga keturunan Tionghoa sebagai penolak bala.
Tahun ini pihak kelenteng menyiapkan 15 ton beras untuk dibagikan kepada seluruh masyarakat yang kurang mampu di wilayah sekitar kelenteng. Data masyarakat yangkurang mampu ini di ajukan oleh RT di sekitar kelenteng. Beras yang dibagikan merupakan sumbangan dari para donatur kelenteng.
Sejak pagi hari masyarakat sudah berkumpul dihalaman kelenteng. Pengurus Kelenteng telah menyebar ribuan kupon ke tiap-tiap ketua RT di wilayah Cibinong. Alokasi tiap RT bisa berbeda-beda, tergantung kepada jumlah warga miskin yang di data oleh pengurus RT. Buat masyarakat miskin, beras 5 kg tentu sangat berarti untuk sedikit meringankan beban hiduo mereka.
Selain sebagai ritual keagamaan, Cioko juga merupakan ajang berbagi warga Keturunan Tionghoa dengan masyarakat sekitar kelenteng. Setiap tahun acara ini selalu dipadati masyarakat yang ingin menyaksikan rangkaian acara dan pembagian sembako. Keberadaan kelenteng di lingkungan kami sedikit banyak telah memberi kontribusi positif buat warga sekitar. Toleransi dan saling menghormati telah menjadi keseharian kami, meskipun wilayah Cibinong dihuni oleh beragam etnik dan agama.
Catatan:
Tangsin : Orang yang tubuhnya dijadikan media oleh mahluk halus untuk berkomunikasi denganmanusia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI