Lihat ke Halaman Asli

Jalan Pavement Memang Aman?

Diperbarui: 21 Februari 2019   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar mungkin berisi: langit, gunung, awan, luar ruangan dan alam (Reza HariPutra/Dokpri)

Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai Instruktur Safety Driving dari Java Adventura 4x4 Academy Indonesia, saya cukup tergelitik dengan sebuah berita dari detikNews pada tanggal 17 Februari 2019 yang mengangkat tema seputar jalan tol yang dapat membuat ban cepat panas sehingga berpotensi meletus.

Berikut adalah link-nya

Dalam berita diatas jelas narasumber menyebutkan jalan tol Transjawa yang di beberapa titik memakai permukaan Rigid Pavement (beton) menjadi penyebab meningkatnya angka kecelakaan akibat ban yang panas dan dapat meletus ketika melewati permukaan tol rigid pavement tersebut.

Melalui tulisan ini saya mencoba membuat rangkuman yang saya dapatkan melalui beberapa sumber berkaitan dengan keselamatan mengemudi, tingkat keamanan jalan rigid pavement, serta penyebab utama keausan ban.

Wijaya Kusuma yang merupakan Instruktur Keselamatan Mengemudi dari ORD Training Center  (ordtraining.com) memberikan penjelasan yang cukup detail "Belum ada survey yang menunjukan dan menyatakan tentang bahaya atau tidaknya jalan beton bagi kendaraan yang melintas diatasnya. Departemen Pekerjaan Umum tentunya tidak sembarangan membuat jalan tetapi ada standar pengukuran kualitas jalan dengan menggunakan British Pendulum Tester (BPT) yang membandingkan kekesatan asphalt concrete pavement and new cement concrete. Intinya kekesatan jalan harus mempunyai kualitas sama baik ; asphalt maupun cemen, karena ini menyangkut keselamatan jalan raya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 11 Tahun 2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan, dimana jalan diatur mengenai kualitasnya sebelum digunakan untuk umum."

Departemen Pekerjaan Umum mempunyai standard dan klasifikasi kelas jalan sehingga jalan itu layak digunakan oleh masyarakat luas. Menurut pandangan saya ada plus minus perbedaan antara jalan aspal dan jalan beton. Kalau ada anggapan jalan beton membuat ban cepat aus kemungkinan besar iya, tapi kalau cepat panas dan meletus jawabannya tidak. Permukaaan jalan dari beton lebih dingin dibandingkan jalan aspal namun memang jalan rigid pavement cenderung lebih kasar. Namun demikian, belum ada studi mengenai seberapa cepat keausan ban meningkat, saat digunakan di jalanan beton."

Berdasarkan penjelasan Wijaya serta pengalaman saya sebagai instruktur safety driving dapat diambil kesimpulan awal bahwa permukaan rigid pavement (beton) bukanlah biang keladi tingginya kecelakaan yang diakibatkan ban meletus di jalan tol.

Sedangkan Rahadian Ali pemilik toko ban dan akesoris kendaraan Prima Motor di daerah Blitar Jawa Timur memiliki pendapat lebih detail mengenai penyebab keausan ban "Toko kami yang terletak di jalur lalu lintas antar kota yang sangat sibuk memiliki banyak pelanggan yang kerap mengganti ban ketika sudah aus. Keausan ban dapat dipercepat karena terjadinya 2 hal yaitu kurangnya tekanan angin dan setingan kaki-kaki kendaraan yang sudah tidak layak."

Masih menurut Rahadian "Keausan ban yang disebabkan oleh permukaan jalan beton tidaklah begitu signifikan."
Rahadian kemudian mengingatkan agar pengguna kendaraan senantiasa membaca Maximum Load yang tertera pada permukaan ban agar tidak terjadi kelebihan beban kendaraan.

Keterangan dari Rahadian Ali diatas juga serupa dengan pernyataan penutup Wijaya Kusuma
"Jalanan beton bukan menjadi penyebab satu-satunya ban cepat aus. Sebab ada faktor lain, yakni gaya berkendara. Jangankan jalanan beton, di jalanan aspal juga kalau kita berkendaranya agresif akan cepat habis bannya. Sebab akan mudah ban bergesekan dengan aspal. Ban kendaraan yang sering dipakai melintas di jalanan beton juga akan cepat tergerus jika kondisi tekanan anginnya kurang dan sarat muatan. Kalau tekanan anginnya standar, kontaknya (gesekan permukaan ban dengan beton) tidak terlalu lebar. Tapi kalau tekanan anginnya kurang, bannya lebih cepat tergerus karena kontak areanya lebih lebar."

Yudhistira Pratama ; Planing Development & Control Project dari sebuah perusahaan readymix semen asing ternama di Indonesia juga turut memberikan masukan yang cukup rinci "Jalan tol dengan rigid pavement sebetulnya mempunyai suhu yang lebih dingin dibandingkan dengan permukaan aspal karena aspal menyerap serta menyimpan panas dalam waktu lama. Dalam uji coba kendaraan yang dilakukan pada kecepatan 80 km/jam sepanjang 25 km didapat bahwa suhu rigid pavement berkisar pada 38 - 44 derajat celcius sedangkan pada permukaan aspal didapat angka 52 - 60 derajat celcius. Itulah mengapa saat hujan permukaan aspal tampak mengeluarkan sedikit asap panas."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline