Desa Sidoasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, menjadi tempat kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) FBD 41 Universitas Brawijaya menjalankan program yang berfokus pada pelestarian kesenian tradisional. Selama menjalani KKN, kami mendapatkan kesempatan untuk mendampingi proses digitalisasi organisasi kesenian kuda lumping Turonggo Mukti Budoyo. Melalui program ini, kami ingin menjadikan kesenian tradisional tidak hanya lestari dalam bentuk pertunjukan langsung, tetapi juga hadir secara aktif di dunia digital.
Program digitalisasi kesenian ini dirancang dan dijalankan oleh empat mahasiswa anggota FBD 41, yaitu Latif Prayogo (Ilmu Politik 2022), Gaby Tifany Pangaribuan (Psikologi 2023), Vera Akira Aziza (Ilmu Komunikasi 2023), dan Abyan Zahrein (Hubungan Internasional 2023). Kolaborasi lintas jurusan ini menjadi kunci dalam mewujudkan strategi yang tidak hanya berbasis visual dan media, tetapi juga mempertimbangkan aspek komunikasi publik dan dinamika sosial budaya.
Mengenal Turonggo Mukti Budoyo dan Dinamika Budaya Lokal
Foto Anggota dan Pengurus Turonggo Mukti Budoyo
Dari tujuh kelompok kesenian tersebut, kami memilih fokus pada Turonggo Mukti Budoyo karena kelompok ini lebih spesifik menampilkan kesenian kuda lumping secara utuh, sementara kelompok lain menggabungkan berbagai elemen seni. Selain itu, Turonggo Mukti Budoyo masih tergolong baru dan sedang dalam tahap pengembangan, sehingga kami melihat peluang untuk memberikan kontribusi nyata melalui pendampingan organisasi dan penguatan identitas digital mereka.
Observasi Lapangan dan Identifikasi Masalah
Foto Latihan Kuda Lumping Anggota Turonggo Mukti Budoyo
Kami juga mendapat informasi bahwa kelompok ini akan tampil dalam hajatan pada 10 Agustus 2025, serta sedang merencanakan pembuatan banner baru karena terdapat kesalahan alamat pada desain sebelumnya.
Perumusan Program Kerja: Digitalisasi Kesenian Tradisional
Melihat kebutuhan yang ada, kami menyusun program kerja bertema "Digitalisasi Kesenian Turonggo Mukti Budoyo". Tujuannya adalah mendukung eksistensi kelompok ini melalui kehadiran di media sosial agar informasi seputar kegiatan, jadwal tampil, dan kontak organisasi dapat diakses lebih mudah oleh masyarakat luas. Kami memilih tiga platform utama---YouTube, Instagram, dan TikTok---berdasarkan kebiasaan warga setempat yang sudah cukup aktif menggunakan media sosial, terutama kalangan pelajar yang rata-rata telah memiliki akun di platform tersebut. Dengan langkah ini, kami berharap Turonggo Mukti Budoyo bisa dikenal tidak hanya di lingkungan desa, tetapi juga menjangkau audiens yang lebih luas. Program digitalisasi ini menghasilkan lima output utama yang mendukung penguatan identitas dan dokumentasi organisasi, baik dalam bentuk digital maupun fisik.