Lihat ke Halaman Asli

Medical Check Up dan Berlibur ke Kuching

Diperbarui: 14 Maret 2025   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Narasumber yang terdapat dalam cerita ini adalah teman saya yang bernama Viona Laurencia. Ia adalah seorang mahasiswa program studi akutansi di Universitas Panca Bhakti Pontianak. Beberapa bulan yang lalu, mamanya atau yang biasa dipanggil Ibu Christina mengalami sakit kista saat diperiksa di sebuah rumah sakit di Pontianak. Ibunya sangat rutin periksa, namun sudah beberapa bulan ibunya merasa tidak ada perubahan yang kian membaik. Seiring berjalannya waktu, mereka mendapatkan rekomendasi untuk melakukan pengobatan ke Kuching karena lebih dapat dipercaya jika dibandingkan dengan yang ada di Pontianak.

Selain itu, Viona juga mengatakan bahwa fasilitas pengobatan disana lebih berkualitas dan hasil diagnosa juga jarang meleset. Pelayanan yang diberikan juga lebih baik dan lebih cepat penanganannya jika dibandingkan dengan yang ada di Kalimantan Barat. Hingga pada bulan November pada tahun 2024, Viona dan ibunya memutuskan untuk mengurus paspor sebagai persiapan untuk berangkat ke Kuching, Sarawak. Selain untuk melakukan medical chek up, ia dan ibunya juga bisa sekaligus mencari suasana baru dengan berlibur mengelilingi Kota Kuching.

Pada tanggal 9 desember 2024, tepatnya pada hari senin pukul 8 pagi , Viona dan ibunya memulai perjalanan dari Pontianak dengan menyewa mobil dan membayar seorang supir . Jarak tempuh perjalanan dari Pontianak menuju PLBN Entikong memakan waktu kurang lebih 6 jam. Sampai di sana pada jam 2 siang, mereka melakukan dua kali pengecapan paspor. Yang pertama di imigrasi Indonesia dan yang kedua di imigrasi Malaysia. Setelah melakukan pengecapan paspor, mereka pun melanjutkan perjalanan ke Kuching. Perjalanan menuju Kuching sangatlah mulus dan tidak ditemukan jalan berlubang. Sepanjang perjalanan dikelilingi pepohonan dan perbukitan hijau sama seperti yang ada di Kalimantan Barat katanya.

Perjalanan dari Tebedu menuju Kuching memakan waktu kurang dari satu jam hingga mereka sampai di Kuching pada jam setengah 4 sore. Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di Kuching dengan penuh harapan untuk menjalani liburan yang menyenangkan, sekaligus menjalani pemeriksaan medis yang diperlukan di rumah sakit setempat. Meski perjalanan cukup panjang, mereka merasa puas bisa menikmati pemandangan alam yang mempesona dan merasakan pengalaman baru dalam perjalanan lintas negara. Sesampai di Kuching, mereka membeli kartu internet seharga RM35 atau Rp 129.236,10 supaya tetap ada jaringan disana.Viona melihat bahwa kota ini sangat tersusun rapi dan bersih sama seperti yang ada dibayangannya tentang yang diberitakan tentang Kuching. Ia dibuat terkagum dengan suasana yang tenang dan tentram. Meskipun berkembang pesat, kota ini tetap mempertahankan banyak elemen tradisional.

Sebelum menuju apartemen untuk menginap, tempat yang pertama kali mereka kunjungi adalah Kuching Waterfront. Tempat ini terlihat sangat tertata rapi, banyak tempat yang bisa dieksplor disana hanya dengan berjalan kaki. Banyak toko-toko unik yang menjual oleh-oleh, pakaian, dan kerajinan tangan khas Sarawak. Mereka juga mampir ke tugu Kuching yang ikonik dan berbagai kuliner yang ada di sekitaran sana. Beberapa kuliner yang mereka coba adalah nasi lemak ,kolo mee dan es krim gula apong yang harganya sangat terjangkau.

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan mencari penginapan. Di setiap sudut kota ini, terdapat banyak patung kucing. Mungkin inilah sebab kota ini disebut dengan kota Kuching katanya. Jauh dari kata macet, sangat mudah sekali melakukan perjalanan di Kuching. Mereka menginap di apartemen princeton suites dengan harga RM500 atau Rp 1.846.230,00 untuk dua malam.

Keesokan harinya,sebelum ke rumah sakit untuk medical check up, mereka mencari tempat sarapan terlebih dahulu. Mereka peergi ke Uncle Tan's Kopi tiam. Viona mengetahui tempat itu dari tiktok dan memilih tempat itu karena terdapat banyak sekali pilihan makanan mulai dari makanan khas Sarawak hingga Chinnese food pun tersedia disana katanya. Viona memesan bubur dan ibunya memesan fish ball. Di sana juga terdapat banyak sekali jajanan pasar. Salah satunya adalah choipan yang mereka pesan. Mereka juga memesan dimsum seperti siomay dan kuotie. Namun untuk rasanya tergolong biasa saja. Mereka lebih suka chinnese food yang ada di Indonesia. Untuk minumannya, viona memesan milo dan ibunya memesan teh tarik. Seperti yang dikatakan orang-orang bahwa milo Malaysia enak adalah benar adanya setelah viona mencoba mencicipinya.

Selesai sarapan, Viona dan ibunya melakukan medical check up ke sebuah rumah sakit yang cukup terkenal di Malaysia yaitu rumah sakit KPJ Kuching Spesialist. Katanya, KPJ merupakan rumah sakit swasta favorit orang Indonesia dari daerah Kalimantan. Rumah sakit ini sangat luas dan bisa dibilang mewah. Pada saat itu, kondisi di rumah sakit lumayan ramai. Namun, seperti yang dikatakan oleh khalayak ramai, pelayanannya sangat cepat dan tidak memerlukan waktu yang lama. Ternyata, terdapat virus di dalam rahim yang jika tidak diobati bisa menjadi tumor. Untuk biaya medical chek up, Ibu christina atau mama viona membayar sebesar RM560 atau 2.067.777,60.

Setelah berobat, mereka memutuskan untuk kembali ke apartemen agar bisa beristirahat. Pada malam harinya, mereka pergi ke sebuah tempat perbelanjaan untuk membeli berbagai makanan dan minuman yang dapat dihidangkan untuk perayaan natal dan imlek. Mereka memilih AEON Mall untuk berbelanja karena disana menawarkan banyak sekali pilihan. Mereka membeli berbagai jenis coklat, snack, dan banyak minuman dengan merek yang berbeda seperti yeos,dayday dan ice cool's bird nest. Mereka juga membeli teh tarik dan kopi Tarik kemasan khas Malaysia. Namun, tidak hanya itu saja, viona dan ibunya juga membeli tas, baju, dan bunga artificial sebagai pajangan saat natal dan imlek.

Keesokan harinya, mereka pun pulang dengan memulai keberangkatan pada pukul 9 pagi hari dari Kuching. Saat akan melewati Kuching Sentral, mereka memutuskan untuk singgah di Farley. Farley juga merupakan pusat perbelanjaan dimana banyak orang membeli sesuatu untuk dijadikan oleh-oleh sebelum pulang ke Indonesia. Di sini, mereka mencari tempat untuk makan lalu menambah belanja sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Indonesia.

Saat di imigrasi Malaysia , petugas disana memeriksa paspor dan dokumen perjalanan untuk memastikan bahwa mereka tidak melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Sesampainya di Indonesia, saat melewati kantor imigrasi di Entikong maka petugas juga akan memeriksa paspor dan mengecek barang-barang bawaan. Total keseluruhan belanja barang selama di Kuching adalah senilai RM700 atau Rp 2.584.722,00 sedangkan untuk belanja makanan dan minuman, mereka menghabiskan sekitar RM300 atau 1.107.738,00.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline