Lihat ke Halaman Asli

Vanessa Devara Ardine

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Mengenal Self Diagnosis di Kalangan Milenial

Diperbarui: 5 April 2023   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi self diagnosis (Sumber: Logos Indonesia)

Kemajuan teknologi informasi pada era digital ini mempermudah siapa pun untuk dapat memenuhi kebutuhan informasinya. Saat ini tak sedikit orang yang  penasaran untuk mencari tahu sendiri penyebab dari gejala kesehatan yang dialaminya yang kemudian ia simpulkan dan  mendiagnosia penyebab gejala-gejala kesehatan tersebut secara mandiri, hal ini marak terjadi dikalangan milenial.  

 Selain dari internet informasi tersebut bisa berasal dari teman, keluarga maupun pengalaman pribadi. Tindakan meyakini bahwa diri sendiri mengidap gangguan atau penyakit ini disebut Self-diagnosis.

Self diagnosis merupakan mendiagnosis diri sendiri berdasarkan pengetahuan dan informasi yang didapatkan secara mandiri. Saat seseorang mendiagnosis diri sendiri ada kcenderungan seseorang untuk menyimpulkan atau menggeneralisasi informasi yang ia ketahui dengan fakta sekitar terhadap suatu masalah kesehatan baik fisik maupun psikologis yang hanya berbekal informasi yang ia dapatkan.

Hal yang melatar belakangi seseorang untuk mendiagnosa diri sendiri diantaranya ketakutan jika keluhannya merupakan gejala dari suatu penyakit yang buruk atau merasa bahwa informasi dari internet merupakan hal yang cukup tanpa perlu berkonsultasi kepada sang ahli, serta maraknya isu terkait kesehatan mental saat ini di internet dan media sosial yang menyebarkan informasi mengenai gangguan psikologis, yang membuat pembaca menjadi tersugesti bahwa mereka memiliki keadaan yang sesuai dengan hal tersebut. 

Lebih jauh akan timbul juga kecemasan dan kekhawatiran yang tidak perlu, risiko mengalami kondisi kesehatan yang lebih parahpun semakin besar bila sembarangan mengonsumsi obat atau melakukan metode pengobatan yang tidak disarankan psikolog/psikiater.

Belakangan ini marak terjadi self-diagnosis terkait kesehatan mental yang dilakukan oleh remaja, seperti dilansir dari Antaranews, Psikolog Klinis dan Pengurus Bidang Strategi Komunikasi Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK) Wilayah DKI Jakarta, Masfuukhatur Rokhmah, dalam keterangannya pada Rabu, 8/10/2021 mengatakan banyak remaja melakukan self-diagnosis (mendiagnosis diri sendiri) pada kesehatan mentalnya tanpa bantuan dari para ahli

"Mereka mendiagnosis diri sendiri karena merasa tidak bisa konsul, jadi mereka baca saja dari sini (internet), datang kadang-kadang karena informasi yang berasal dari internet. Ini sangat memprihatinkan," tutur Masfuukhatur

Masfuukhatur mengatakan, setelah melakukan diagnosis mandiri dari internet, para remaja akan tersugesti merasakan hal serupa sesuai dengan informasi yang dibaca sehingga mereka berpikir bahwa mereka memiliki gangguan psikologis. 

Padahal dalam mendiagnosis kesehatan jiwa tidak semudah itu, terdapat tahapan-tahapan yang perlu dilalui, dimulai dari tahapan asesment (proses evaluasi individu) oleh psikolog, kemudian bila diperlukan melakukan tes psikologi berupa wawancara klinis dan psikotes hingga observasi kesehatan sehingga informasi bisa objektif dari data-data pemeriksaan tersebut, barulah diberikan penegakan diagnosis.

Sebenarnya dalam menanggapi permasalahan ini perlu adanya pemahaman bagi remaja atau generasi millenial untuk cermat menanggapi informasi-informasi terkait mental health yang ia peroleh dengan tidak mendiagnosis dan menyimpulkan secara mandiri permasalahan psikologis yang ia miliki, dan alangkah baiknya untuk langsung berkonsultasi kepada sang ahli, selanjutnya peran orangtua juga sangat diperlukan untuk peduli terhadap kesehatan mental anaknya dan jangan menganggapnya hal sepele. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline