Lihat ke Halaman Asli

Unimma

Akun Resmi Universitas Muhammadiyah Magelang

UNIMMA Teliti Tradisi Ziarah di Gunungpring: Harmoni, Spiritual, Budaya dan Pendidikan Islam di Era Modern

Diperbarui: 6 Oktober 2025   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsep Tawasul dan Tabarruk (Sumber: https://lppm.unimma.ac.id/)

Di tengah derasnya arus modernitas dan kehidupan serba digital, masih ada ruang sunyi yang menjadi tempat berpijak spiritual masyarakat Jawa: Makam Aulia Gunungpring di Muntilan, Kabupaten Magelang. Kompleks makam ini bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir para wali, melainkan juga sumber nilai-nilai keislaman dan budaya yang terus hidup dalam tradisi ziarah.

Makam ini dikenal sebagai tempat dimakamkannya Kyai Raden Santri, saudara Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam sekaligus salah satu tokoh penyebar Islam di Jawa. Setiap hari, terutama menjelang bulan Ramadan atau hari besar Islam, kompleks makam dipenuhi para peziarah dari berbagai daerah yang datang dengan tujuan spiritual sekaligus historis.

Menelusuri Makna Tawassul dan Tabarruk

Menariknya, tradisi ini menjadi objek penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Abdurrouf, Huda Andika, Fariz Sultan Narzaqawi, Viena Sherinasyifa, Tamara Octaviani, dan Subur, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA).
Penelitian mereka mengkaji secara mendalam praktik tawassul dan tabarruk yang masih lestari di kalangan masyarakat sekitar Gunungpring.

Dalam pandangan Islam, tawassul adalah memohon kepada Allah dengan menyebut nama nabi, wali, atau orang saleh sebagai perantara doa, sedangkan tabarruk bermakna mencari keberkahan dari keteladanan dan jasa para tokoh yang dimakamkan.
Bagi masyarakat, kedua praktik ini bukan bentuk penyimpangan, tetapi ekspresi cinta dan penghormatan kepada para penyebar agama Islam. Melalui tradisi ini, masyarakat belajar meneladani perjuangan dan akhlak para wali yang penuh kesabaran dan keteguhan iman.

Empat Nilai Utama dalam Tradisi Ziarah

Hasil penelitian mahasiswa UNIMMA tersebut menemukan bahwa tradisi ziarah di Gunungpring mengandung empat nilai utama pendidikan Islam:

  1. Nilai Aqidah -- meneguhkan keyakinan kepada Allah dan kesadaran akan kehidupan akhirat. Setiap langkah menuju makam menjadi pengingat akan kefanaan manusia dan pentingnya kembali kepada Sang Pencipta.

  2. Nilai Keteladanan -- mengajarkan semangat perjuangan dan dakwah para wali sebagai inspirasi moral dan sosial.

  3. Nilai Akhlak -- menumbuhkan sikap rendah hati, hormat, dan kesadaran untuk berbuat baik kepada sesama.

  4. Nilai Ibadah -- memperkuat hubungan spiritual melalui doa, dzikir, dan pembacaan Al-Qur'an yang menyertai prosesi ziarah.

Tradisi ini dengan demikian tidak hanya ritual religius, tetapi juga pendidikan karakter dan spiritualitas masyarakat.

Ziarah Sebagai Pendidikan Spiritual di Era Modern

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline