Lihat ke Halaman Asli

Vulnerability: Celah yang Justru Menjadi Pintu Kekuatan

Diperbarui: 20 September 2025   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vulnerability

*Vulnerability: Celah yang Justru Menjadi Pintu Kekuatan*


Ada satu momen kecil yang saya ingat. Suatu sore, seorang teman dekat tiba-tiba berkata dengan nada lirih, "Saya capek sebenarnya, tapi saya takut kalau saya jujur, orang-orang malah menjauh." Kalimat itu sederhana, tapi menampar saya. Bukankah banyak dari kita hidup dengan cara yang sama? Menyembunyikan letih, menahan rasa takut, menutup rapat air mata, hanya karena kita mengira kerentanan (vulnerability) adalah kelemahan.

Padahal, kerentanan bukan sekadar celah untuk disakiti. Ia adalah ruang paling manusiawi dalam diri kita. Tempat di mana kita bisa jujur bahwa kita tidak selalu kuat, tidak selalu siap, tidak selalu tahu jawabannya. Justru dari sanalah muncul keberanian untuk belajar, berubah, dan tumbuh.

Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita sering lupa atau bahkan menolak mengakui sisi rapuh ini. Kita terbiasa menambal diri dengan topeng: selalu terlihat bahagia, selalu tampak sukses, selalu ingin dianggap tegar. Lalu kita heran kenapa hati terasa kosong.

Mari kita lihat lebih dekat, di berbagai aspek kehidupan, bagaimana kerentanan ini hadir---dan apa yang bisa kita pelajari darinya.

1. Kerentanan Emosional: Jujur pada Hati Sendiri

Pernahkah Anda merasa deg-degan hanya karena ingin berkata, "Aku mencintaimu," atau sekadar "Aku minta maaf"? Itu adalah momen rapuh yang paling nyata. Saat kita membuka hati, kita sedang menaruh diri di tepi tebing---bisa disambut dengan hangat, bisa juga jatuh ke jurang penolakan.

Namun, bukankah justru momen itulah yang membuat hidup terasa berwarna? Hubungan yang benar-benar dalam tidak lahir dari kepura-puraan, tapi dari keberanian memperlihatkan luka dan ketidaksempurnaan kita. Kerentanan emosional adalah jembatan untuk menemukan keintiman yang tulus.

2. Kerentanan Finansial: Hidup di Ujung Tali

Banyak orang hidup seolah-olah setiap gajian adalah napas terakhir yang harus segera dihirup. Tanpa tabungan, tanpa cadangan. Lalu ketika badai kecil datang---PHK, sakit, atau utang menumpuk---kita terhempas begitu saja.

Kerentanan finansial mengajarkan kita satu hal sederhana: jangan hanya bekerja untuk hari ini. Menyisihkan sedikit, sekecil apapun, adalah bentuk kasih sayang kita pada diri di masa depan. Itu bukan soal nominal, tapi soal kebiasaan menjaga diri dari rapuhnya keadaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline