Lihat ke Halaman Asli

Menulis: Antara Menunggu dan Mencipta

Diperbarui: 5 September 2025   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis: Antara Menunggu dan Mencipta

*Menulis: Antara Menunggu dan Mencipta*


Ada satu momen kecil yang mungkin pernah kita alami: kita duduk di depan meja, kertas kosong tergeletak, pena sudah siap ditangan, tapi kepala sepi ide. Rasanya seperti menunggu hujan di musim kemarau. Kita berharap ada "petir inspirasi" yang menyambar, barulah kata-kata akan mengalir.

Di sisi lain, ada orang yang tidak menunggu petir itu. Ia menulis saja, meski hanya satu kalimat yang hambar. Anehnya, dari kalimat hambar itu, muncul kalimat kedua yang lebih hidup. Lalu kalimat ketiga, keempat---hingga akhirnya, tanpa sadar, sebuah ide besar lahir.

Perbedaan ini sebetulnya sederhana, tapi jarang kita sadari:

* Amatir menunggu inspirasi untuk datang.

* Profesional menemukan inspirasi di tengah perjalanan menulis.

1. Amatir Menunggu Inspirasi (Bohlam dikepala Penuh Cahaya, Isi Pena Kosong)

Bayangkan seseorang yang kepalanya penuh dengan ide---bohlam terang menyala di atasnya. Tapi pena di tangannya kosong. Ia tidak menulis sebelum merasa "ide itu cukup sempurna" untuk dituangkan.

Masalahnya: tidak ada ide yang lahir sempurna. Inspirasi itu seperti cahaya lampu jalan---ia hanya menerangi beberapa meter ke depan, bukan seluruh perjalanan. Kalau kita hanya menunggu sampai semua jalan terang, kita tidak akan pernah melangkah.

2. Profesional Menciptakan Inspirasi (Pena Penuh, Bohlam Terisi Cahaya)

Profesional punya pendekatan berbeda. Ia tidak bertanya, "Apakah saya sudah punya ide untuk menulis?" tapi justru, "Apa yang akan muncul kalau saya mulai menulis sekarang?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline