Lihat ke Halaman Asli

Tri Siti Fatimah

Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

Skill Mismatch, Tantangan Besar dalam Dunia Ketenagakerjaan

Diperbarui: 23 Maret 2025   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tingginya angka pengangguran di Indonesia, terutama di kalangan anak muda masih menjadi persoalan yang kompleks. Salah satu penyebab utama kondisi ini adalah ketidaksesuaian keterampilan atau skill mismatch, yaitu ketika kemampuan tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Masalah ini tidak hanya berdampak pada individu yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih dari separuh tenaga kerja di Indonesia bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahlian mereka. Akhirnya, banyak lulusan mengalami kesulitan memperoleh pekerjaan yang relevan dengan bidang studi mereka, sementara perusahaan justru kesulitan menemukan tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan.

"Perusahaan menghadapi tantangan dalam mendapatkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi spesifik sesuai dengan perkembangan teknologi dan dinamika industri," ungkap seorang analis ketenagakerjaan.

Skill mismatch menjadi faktor utama yang menyebabkan pengangguran struktural, yakni kondisi pengangguran jangka panjang akibat perubahan dalam struktur ekonomi serta ketidakseimbangan antara permintaan dan ketersediaan tenaga kerja. Beberapa faktor yang memicu masalah ini antara lain, kurikulum pendidikan yang belum sepenuhnya mengikuti perkembangan industri, perubahan teknologi yang berlangsung cepat, serta minimnya akses terhadap program pelatihan kerja bagi lulusan baru.

Dampak dari ketidaksesuaian keterampilan ini cukup signifikan. Selain menurunkan produktivitas tenaga kerja, kondisi ini juga memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Kesulitan perusahaan dalam memperoleh tenaga kerja yang sesuai menyebabkan efisiensi kerja menurun, yang pada akhirnya menghambat inovasi dan investasi.

Untuk mengatasi permasalahan ini, berbagai langkah perlu dilakukan, seperti penyesuaian kurikulum pendidikan agar lebih selaras dengan kebutuhan industri, meningkatkan program pelatihan keterampilan seperti magang dan sertifikasi, serta memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran melalui platform e-learning.

Selain itu, kerja sama antara institusi pendidikan dan sektor industri juga harus diperkuat agar memiliki keterampilan yang benar-benar dibutuhkan di dunia kerja. Jika tidak adalangkah konkret yang segera diambil, risiko meningkatnya angka pengangguran akibat skill mismatch akan semakin besar dan berdampak negatif terhadap stabilitas ekonomi serta ketenagakerjaan di Indonesia.

Sinergi yang kuat antara dunia pendidikan, pemerintah, dan industri dengan kurikulum yang lebih relevan, pelatihan berbasis kebutuhan pasar, serta pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran merupakan langkah kunci untuk memastikan lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan industri. Oleh karena itu setiap individu juga perlu proaktif dalam meningkatkan keterampilan agar lebih siap menghadapi dunia kerja yang terus berkembang. Dengan kolaborasi yang erat dan kesiapan tenaga kerja yang lebih baik, tantangan skill mismatch dapat diatasi dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline