2. Cerita Dusta
Oleh: Tri Handoyo
"Satu.., dua.., tiga..!" Hitung mundur Japa. Ia menutup mata sambil berdiri menghadap sebuah pohon. "Empat.., lima..!"
Saat itu ia dan kakak-kakaknya main petak umpet di hutan. Kebetulan ia yang jadi penunggu 'pos', yaitu sebuah pohon terbesar di tempat itu. Semua kakaknya sedang berlarian berpencar mencari persembunyian.
Setelah berhitung sampai tiga puluh, ia membuka mata dan tugasnya adalah mencari mereka. Apabila ia berhasil menemukan persembunyian seseorang, ia akan teriak menyebut namanya dan kemudian harus beradu lari cepat untuk lebih dulu menepuk pohon yang sebagai 'pos'.
Suasana begitu hening. Rupanya kakak-kakaknya memang telah menyusun rencana jahat untuk meninggalkannya sendirian di hutan.
Raden Prawira begitu geram. "Katakan bagaimana ciri-ciri penculik keparat itu?" pintanya sambil menatap anaknya satu per satu.
Raden Suroso, yang berumur lebih tua setahun di atas Japa, tampak paling gemetaran. Ia mati-matian menahan agar tidak kencing di celana.
"Suroso, sebutkan ciri-ciri penculik itu!" bentak Raden Prawiro.
Raden Suroso sambil terisak langsung kencing di celana. "Saya tidak tahu, Romo!"