Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Menekan Raksasa Industri Penerbangan untuk Bikin Pabrik di Indonesia

Diperbarui: 6 Februari 2025   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perakitan pesawat Boeing 737 MAX 8 di Renton, Washington, Amerika Serikat (AP/TED S. WARREN)

Menekan Raksasa Industri Penerbangan untuk Bikin Pabrik di Indonesia

Setelah pemerintah mengeluarkan peringatan keras dan tekanan kepada raksasa teknologi informasi dan komunikasi Apple agar segera menanam investasinya membangun pabrik di Indonesia, kini giliran raksasa industri penerbangan Amerika Serikat yang ditekan. Apakah tekanan ini digubris atau dianggap angin lalu?

Kementerian Perindustrian menyatakan kepada raksasa industri penerbangan AS yakni Boeing agar berinvestasi membangun pabrik di Indonesia. Penegasan itu disampaikan kepada perwakilan Boeing saat penjajakan pengembangan industri dirgantara (aerospace).
Pemerintah Indonesia menekankan potensi besar di industri dirgantara untuk mengatasi masalah konektivitas dan rantai pasok (supply chain). Di antaranya adalah pemberian lisensi untuk industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) pesawat terbang, serta pembangunan pusat pelatihan penerbangan di Indonesia.
Salah satu yang potensial adalah MRO ini. Indonesia punya GMF AeroAsia dan Batam AeroTechnic yang membutuhkan peningkatan kapabilitas untuk mengembangkan ekosistem industrinya. Sehingga, Boeing dapat mendukung dengan memberikan lisensi ke MRO melalui GMF AeroAsia dan Batam Aero Technic yang selama ini menjadi pemain di sektor perawatan pesawat.
Sebagai catatan Boeing  sebenarnya telah membuka kantor di Jakarta. Mestinya SDM industri kedirgantaraan nasional saat ini terutama yang muda-muda bisa memanfaatkan kehadiran industri raksasa penerbangan itu.
Begitupun pihak Kemenhub bisa lebih mudah melakukan koordinasi teknis terkait dengan masalah operasional dan sistem perawatan pesawat terbang buatan Boeing yang telah beroperasi di tanah air. Kemitraan dengan Boeing Company, salah satu stakeholder penting dalam industri penerbangan dan membantu menciptakan peluang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi dan teknologi di Indonesia.
Hadirnya Boeing sangat berguna bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan industri penerbangan di Indonesia seperti supply chain dan sumber daya manusia. Kita akan bekerja sama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang penerbangan yang mencakup pelatihan dan pengembangan keterampilan. Kemenhub dan Boeing Company akan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam aspek teknis penerbangan. Termasuk keselamatan dan keamanan penerbangan, pemeliharaan pesawat, serta inovasi teknologi.
Perlu menyehatkan ekosistem industri penerbangan nasional dengan membentuk badan langsung di bawah presiden, yang akan memberikan arah dan strategi yang komprehensif untuk meningkatkan daya tahan industri penerbangan nasional secara keseluruhan.
Pada saat ini merupakan momentum menjadikan Indonesia bagian dari supply chain industri penerbangan dunia. Dengan itu menjadikan SDM Indonesia tidak hanya ter-upgrade dengan know-how terkini dalam inovasi sekaligus juga bisa mewujudkan pekerjaan outsourcing engineering teknologi tinggi masuk ke tanah air. Semua itu bisa mendorong terwujudnya ekosistem klaster industri dirgantara di dalam negeri  yang memiliki pondasi yang kuat.
Indonesia merupakan satu dari sedikit negara yang memiliki SDM terbaik di industri kedirgantaraan. Lebih dari itu, para ahli di bidang dirgantara tidak cuma berkarir di dalam negeri melainkan juga terlibat langsung dalam berbagai proses pengerjaan pembuatan pesawat terbang baik di Airbus maupun Boeing. Ini adalah kekuatan nyata SDM Indonesia di industri dirgantara sekaligus menjadi  key success factor yang utama.  
Aspek indeks konektivitas antar bandara merupakan hal yang sangat penting. Potensi bandara harus terus dikembangkan. Seperti misalnya potensi kargo udara dan pusat perawatan pesawat terbang atau repair shop aircraft. Kini kebutuhan maintenance maskapai penerbangan umumnya melakukan subkontrak kepada pihak lain yang telah menjadi anggota Aircraft Maintenance Organization (AMO) yang diatur dalam Civil Aviation Safety Regulation (CASR) part 145. Selama perusahaan tersebut memperoleh sertifikasi sesuai CASR part 145, maka dirinya berhak menangani jenis pesawat apapun. Beberapa jenis usaha perawatan pesawat terbang, interior dan turbin gas untuk industri yang ada bisa lebih berkembang jika pengelola bandara Kertajati memberikan insentif.
Pengembangan sistem organisasi pengelola bandara di negeri perlu dibenahi. Masih ada kekhawatiran terkait dengan kelayakan  dan sistem keamanan berbagai bandara di Indonesia. Karena masih ada kasus krusial di sekitar bandara. Prosedur audit bandara dengan ketentuan ICAO sebaiknya menjadi agenda penting bagi pengelola bandara. Dalam rangka menjamin upaya mencapai tujuan keselamatan dalam penerbangan sipil internasional, ICAO menerbitkan dokumen-dokumen khusus seperti ANNEX 19 tentang Safety Management yang menjelaskan secara rinci peraturan, ketentuan dan rekomendasi serta bentuk-bentuk praktik yang diperlukan oleh masing-masing negara anggotanya.
Secara teori tidak ada pengaruh yang signifikan antara pesawat tua dengan yang baru. Tetapi kompleksitas masalah di lapangan dan ekosistem bengkel perawatan pesawat terbang di tanah air yang belum menggembirakan karena kapabilitasnya sangat terbatas, menyebabkan maskapai kesulitan melakukan perawan pesawatnya sebaik mungkin. Terutama yang sudah berumur tua.
Peran pihak perusahaan jasa perawatan atau Maintenance Repair and Overhaul (MRO) saat ini cukup penting. Perawatan dan inspeksi tentu saja membutuhkan biaya yang cukup mahal.Selama ini bisnis MRO terbilang sangat prospektif. Untuk aktivitas perawatan medium sekelas Boeing 737 maskapai mesti mengeluarkan biaya hingga 500.000 dollar AS bahkan untuk perawatan total atau overhaul bisa mencapai 2 juta hingga 3 juta dollar AS.
Sayangnya pihak maskapai di tanah air juga mengalami kendala keterbatasan kapabilitas yang dimiliki MRO dalam negeri, sehingga terpaksa melakukan perawatan ke luar negeri.Selain itu kapasitas MRO lokal ada beberapa case yang belum bisa memenuhi standar perawatan pesawat jenis tertentu.
Apalagi tanpa sertifikasi dari Federal Aviation Administration (FAA) dan International Aviation Safety Assessments (IASA), MRO atau bengkel pesawat yang ada di tanah air tidak bisa melakukan perawat level medium hingga menyeluruh untuk pesawat tertentu.
Sistem navigasi pesawat tua mesti lebih sering dirawat karena sangat sensitif dan bisa berakibat fatal jika ditunda. Ada perbedaan yang paling mencolok yakni pada radar cuaca di kokpit. Untuk pesawat Boeing 737 seri 300 dan 400 sudah menggunakan sistem otomatis. Tetapi 737-500 masih manual untuk membaca cuaca.
Jadi agar pilot tahu apakah awan di lintasan pesawat itu aktif atau tidak maka sudut radar harus presisi. Untuk seri 300 dan 400 sudah otomatis diketahui kondisinya. Untuk seri 500 agar presisi mesti sering dikalibrasi sensornya.  Perawatan kalibrasi selama ini juga sering mengalami kendala.
Perawatan mesin pesawat berikut komponen penunjangnya dikerjakan berdasar interval waktu pelaksanaan. Perawatan pesawat dikelompokkan menjadi perawatan rutin (scheduled maintenance) dan non rutin (non-scheduled maintenance).
Untuk perawatan rutin, interval yang sudah ditetapkan harus diulang dalam interval waktu tersebut. Sementara itu, perawatan nonrutin akan dilakukan berdasarkan temuan yang didapat saat pengoperasian pesawat.
Perawatan rutin terhadap pesawat sekelas Boeing 737 dibagi menjadi perawatan harian yang dilakukan pada saat sebelum terbang atau before departure check (BDC), kemudian saat singgah di suatu bandara atau transit check, serta pemeriksaan harian atau daily inspection atau 24 hours check. Sedangkan perawatan berkala dilakukan dalam interval waktu tertentu sesuai dengan maintenance schedule inspection. Contoh perawatan berkala dan nomenklatur perawatan,
Aktivitas perawatan pesawat terbang tidak bisa lepas dari pembelian suku cadang atau komponen.  
Selama ini pihak MRO sering mengalami masalah kurangnya dukungan suku cadang yang tepat jenis, jumlah, mutu dan waktu, sementara di lain pihak kebutuhan suku cadang setiap waktu semakin meningkat, sehingga bisa mengakibatkan tingkat kesiapan operasional pesawat milik maskapai menurun.
Indonesia masih kekurangan kapasitas pemeliharaan tingkat berat (overhaul) terhadap pesawat terbang, engine, propeller dan komponen avionik beserta komponen pendukung lainnya. Selain itu juga kurang cepatnya pengadaan suku cadang berupa komponen (part), removable item, bit and pieces dan expendable item.Komponen (part) merupakan bagian dari alat utama merupakan gabungan dari beberapa bagian dan mempunyai fungsi tertentu, walaupun tidak final (fungsinya) seperti alat utama yang berdiri sendiri. (TS)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline