Lihat ke Halaman Asli

Duduk Dulu, Jangan Lupa Jadi Manusia: Sebuah Napas Panjang untuk Jiwa yang Lelah

Diperbarui: 9 Oktober 2025   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Duduk Dulu Jangan Lupa Jadi Manusia (Karya Syahid Muhammad)

Kapan terakhir kali kamu benar-benar duduk, tanpa merasa bersalah karena tidak sedang melakukan apa-apa?
Tidak membuka laptop, tidak scroll TikTok, tidak pura-pura sibuk.
Hanya duduk, diam, bernapas, dan membiarkan dunia berputar tanpa kamu harus ikut memutarnya.

Kedengarannya sederhana, tapi di zaman seperti sekarang, "duduk dulu" sering terasa seperti kemewahan. Kita terbiasa dikejar waktu, target, dan ekspektasi, dari orang lain, bahkan dari diri sendiri. Kita ingin cepat, ingin berhasil, ingin terus berlari. Sampai lupa bahwa tubuh dan hati ini juga butuh istirahat.

Itulah mengapa buku "Duduk Dulu, Jangan Lupa Jadi Manusia" karya Syahid Muhammad terasa begitu relevan dan menenangkan. Ia tidak datang dengan teori rumit atau petuah moral yang tinggi. Ia datang dengan kalimat lembut, sederhana, tapi jujur, seperti seorang teman yang duduk di sebelahmu, menepuk bahumu, lalu berkata,

"Tarik napas, pelan-pelan. Kamu tidak harus selalu kuat."

Buku ini mengajak kita berhenti sejenak, menerima diri apa adanya, dan mengingat bahwa menjadi manusia tak harus selalu kuat atau bahagia. - Tiyarman Gulo

Mengenal Syahid Muhammad dan Gaya Menulisnya yang Menyentuh

Syahid Muhammad bukanlah penulis yang suka bersembunyi di balik istilah rumit. Ia menulis dengan bahasa yang apa adanya, lembut tapi dalam, sederhana tapi menyentuh. Ia menulis seolah sedang berbicara denganmu di sore hari, sambil menyeruput kopi, di tengah rasa lelah yang tak bisa dijelaskan.

Buku ini terbit pada 29 Januari 2021, diterbitkan oleh Kawah Media, dengan tebal 232 halaman.
Bukan buku tebal yang menggurui, tapi buku yang membuatmu berhenti sejenak dan berpikir,

"Oh, ternyata manusiawi sekali rasanya capek."

Syahid tidak menulis untuk mereka yang sudah menemukan kedamaian, melainkan untuk orang-orang yang sedang berusaha berdamai. Untuk kamu yang mungkin sedang bingung, kecewa, kehilangan semangat, tapi masih mencoba bertahan.

Makna dari "Duduk Dulu"

Kalimat "duduk dulu" di judul buku ini sebenarnya lebih dari sekadar ajakan untuk istirahat.
Ia adalah metafora kehidupan.

"Duduk" berarti berhenti sebentar dari hiruk pikuk ambisi.
"Dulu" berarti memberi waktu pada diri sendiri tanpa rasa bersalah.
Dan "jangan lupa jadi manusia" adalah pengingat halus bahwa kita tidak diciptakan untuk terus berlari tanpa arah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline