Lihat ke Halaman Asli

Curhat Rumahnya Dijarah, Cinta Kuya Justru Dihujat, Cermin Rapuhnya Empati di Medsos?

Diperbarui: 21 September 2025   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Kolase Cinta Kuya & Uya Kuya (tribunnews.com/Putra Dewangga Candra Seta)

Kamu lagi jauh di negeri orang, tengah malam masih berjuang dengan tugas kuliah, lalu tiba-tiba ponselmu berdering tak henti. Saat akhirnya dibuka, berita buruk menyambut, rumah yang selama ini jadi tempat tumbuh, tempat tawa, tempat semua kenangan keluarga, dijarah orang tak dikenal. Barang-barang berharga hilang, suasana hancur, dan kamu bahkan tidak ada di sana untuk melindungi orang-orang yang kamu sayang.

Kira-kira apa yang akan kamu lakukan?

Mungkin sebagian dari kita bakal menjerit, ada yang langsung telepon keluarga, ada juga yang hanya bisa menangis sendirian di kamar. Dan buat Cinta Kuya, putri sulung Uya Kuya, langkah pertama yang ia ambil adalah curhat di media sosial. Ia menulis panjang lebar tentang rasa syok, cemas, hingga panik luar biasa yang ia alami.

Tapi alih-alih menuai simpati, postingannya justru jadi sasaran hujatan netizen.

Kenapa bisa begitu?

Curhat Cinta Kuya soal rumah dijarah justru panen hujatan netizen, jadi cermin rapuhnya empati dan budaya julid di media sosial. - Tiyarman Gulo

Kronologi Singkat, Dari Penjarahan ke Curhatan

Insiden ini terjadi pada 30 Agustus 2025. Rumah keluarga Uya Kuya dimasuki massa yang kemudian menjarah isi rumah. Video orang-orang asing masuk dengan wajah santai, mengambil barang-barang berharga, menyebar cepat di internet.

Cinta Kuya yang saat itu sedang menempuh studi di Amerika Serikat baru tahu setelah mendapat banyak telepon. Awalnya ia kira hanya berita biasa, tapi setelah melihat videonya sendiri, rasa syok langsung melanda.

Dalam tulisannya di media sosial, Cinta bercerita bagaimana ia menangis semalaman, mengalami serangan kecemasan (anxiety attack) hingga tubuhnya gemetar, sulit bernapas, rambut rontok, dan pikirannya penuh rasa cemas. Ia merasa hancur, tidak berguna, dan sangat jauh dari keluarga.

Tak hanya itu, ia juga mencurahkan keresahan tentang keselamatan hewan peliharaan mereka, kucing-kucing yang ia anggap bagian dari keluarga. Ada yang hilang, ada yang berhasil diselamatkan, bahkan ada pihak-pihak yang menghubunginya untuk menawarkan bantuan.

Bagi Cinta, menulis itu cara untuk menyalurkan beban hati. Tapi, bagi sebagian netizen, tulisan itu justru dianggap "salah alamat".

Gelombang Hujatan, Tiga Alasan Mengapa Cinta Diserang

Tulisan emosional Cinta yang seharusnya bisa memantik empati justru menuai kritik keras. Ada tiga alasan besar mengapa hal itu terjadi,

1. Fokus pada Diri Sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline