Lihat ke Halaman Asli

9 Tanda Kamu Merendahkan Standar hanya Demi Cinta, Berhenti Sekarang!

Diperbarui: 2 Agustus 2025   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sepasang kekasih dengan salah satunya memandang ke bawah. (Freepik) 

Kita semua mendambakan cinta dan koneksi. Dalam pencarian itu, kita sering mendengar nasihat bijak untuk "berkompromi". Tapi ada garis tipis yang berbahaya antara kompromi yang sehat dan tindakan merendahkan standar diri sendiri. Tanpa sadar, kita mungkin telah menukar nilai-nilai inti, kebutuhan emosional, dan harga diri kita hanya demi status "memiliki pasangan".

Ini bukanlah tentang daftar cek fisik yang dangkal atau standar materi yang muluk. Ini jauh lebih dalam. Ini tentang "dating down" atau berpacaran di bawah level yang seharusnya kamu dapatkan secara emosional dan mental. Ini adalah bentuk sabotase diri yang paling halus dan paling merusak.

Melansir dari berbagai sumber psikologi hubungan, mari kita bedah bersama 9 alarm merah yang menandakan kamu mungkin sedang merendahkan standarmu. Anggap ini sebagai obrolan dari hati ke hati dengan seorang teman yang peduli padamu.

Kenali 9 tanda kamu merendahkan standar demi cinta. Ini adalah sabotase diri yang menghalangimu dari hubungan sehat dan kebahagiaan sejati. - Tiyarman Gulo

1. Mantra Sakti Itu "Paling Tidak Dia..."

Coba perhatikan caramu bercerita tentang pasanganmu. Apakah kalimatmu sering diawali dengan, "Ya sih dia begitu, tapi paling tidak dia masih membalas pesanku," atau "Memang dia jarang punya waktu, tapi paling tidak dia setia."

Frasa "paling tidak" adalah mantra penipuan diri. Itu adalah cara otakmu merasionalisasi sebuah pilihan yang sebenarnya tidak memuaskan. Kamu merayakan remah-remah perhatian seolah itu adalah sebuah pesta besar. Membalas pesan, bersikap sopan, atau tidak selingkuh bukanlah sebuah pencapaian; itu adalah fondasi paling dasar dari sebuah hubungan yang layak. Jika kamu harus meyakinkan dirimu sendiri dengan standar serendah itu, itu adalah bendera merah pertama.

2. Kamu Berubah Menjadi Life Coach Gratisan

Apakah jadwal harimu dipenuhi dengan tugas "mengingatkan" dia untuk membayar tagihan, "memotivasi" dia untuk mencari pekerjaan, atau "membimbing" dia untuk menyelesaikan masalahnya sendiri? Selamat, kamu telah beralih peran dari seorang pasangan menjadi pelatih kehidupannya yang tidak dibayar.

Dukungan itu penting, tapi ada perbedaan besar antara mendukung dan memikul tanggung jawab orang lain. Jika kamu menghabiskan lebih banyak energi untuk mengelola hidupnya daripada membangun hidupmu sendiri, sementara dia tidak memberikan upaya yang sama untukmu, keseimbangan telah hilang. Kamu bukan pasangannya; kamu adalah manajernya.

3. Teman-Temanmu Mendadak Menjadi Diplomat Ulung

Dulu, saat kamu membawa pulang pasangan baru, teman-temanmu akan antusias bertanya dan ikut bahagia. Sekarang? Respons mereka terasa sangat hati-hati dan diplomatis. Kalimat seperti, "Oh ya? Hmm... yang penting kamu bahagia ya," menjadi andalan mereka.

Percayalah, teman-temanmu melihat apa yang kamu pilih untuk abaikan. Mereka melihat inkonsistensi, kurangnya rasa hormat, atau bagaimana cahayamu sedikit meredup. Mereka tidak ingin menyakitimu dengan kebenaran yang pahit, jadi mereka memilih bahasa yang aman. Keheningan atau respons diplomatis dari orang-orang terdekatmu seringkali lebih berisik daripada kritik tajam.

4. Peta Masa Depanmu Hanya Punya Satu Nama yaitu Namamu Sendiri

Coba bayangkan lima atau sepuluh tahun dari sekarang. Kamu punya mimpi membeli rumah, traveling keliling dunia, atau meraih puncak karir. Sekarang, coba tempatkan pasanganmu dalam gambaran itu. Apakah terasa pas? Atau justru terasa canggung dan tidak mungkin?

Jika kamu secara tidak sadar selalu merencanakan masa depanmu dalam mode "solo", itu adalah sinyal dari alam bawah sadarmu. Kamu tahu di lubuk hatimu bahwa hubungan ini punya tanggal kedaluwarsa. Kamu melihat dirimu bertumbuh dan maju, tetapi kamu tidak bisa membayangkan dia berjalan di sampingmu.

5. Kamu adalah Pengacara Pembela Nomor Satu Untuknya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline