Lihat ke Halaman Asli

Pujian Vs Makian

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ini cerita tentang si Teblung (adek saya) yang nilai ujian pertamanya saat kuliah benar-benar hancur. Well, karena merasa bahwa dia lebih mendapatkan segalanya saat kuliah daripada saya saat kuliah dulu terutama masalah fasilitas dari orang tua, saya merasa sangat marah dan kecewa pada Teblung dengan hasil tersebut. Lalu saya mulai mencerocos mencaci dan memaki dia, belakangan saya sangat menyesalinya. Ya, cacian saya karena Teblung bilang bahwa dia itu bodoh, dari sananya bodoh ya bodoh saja. Geram sekali rasanya mendengarkan ini. Saya ingin dia berusaha, jangan pacaran terus maksud saya. Dia seolah putus asa.

Lalu, setelah agak tenang saya mulai berfikir. Dengan kondisi Teblung seperti itu, sebenarnya apa yang dia butuhkan saat ini. Apa benar dia membutuhkan makian saya? Atau sebalikanya? Saya sangat menyesalinya, bagaimana mungkin saat kita di posisi seperti itu membutuhkan makian. Akhirnya, dengan kepala yang sudah saya dinginkan saya berkata pada Teblung saat dia akan berangkat kuliah. 'Sudah deh, tidak apa-apa nilainya jelek sekarang. Nanti diperbaiki lagi.'

Andai saja dari awal saya sudah memuji dia, pasti saya tidak akan menyesalinya. "Sudah bagus kamu mau masuk kuliah, nilai jelek tidak masalah, yang penting ada niatan untuk merubahnya". Ah, susah sekali mengatakan seperti itu saat mendengar nilainya jelek dengan semua fasilitas kuliah yang diberikan orang tua. Mungkin karena kurang dewasanya saya. Lalu bagaimana dengan anda? Apakah anda sudah bisa memuji dalam kondisi seperti itu? Membutuhkan sebuah kontrol emosi yang baik untuk mengubah makian menjadi pujian. Selamat bila anda sudah bisa melakukannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline