Alkisah bulan Agustus nanti akan di laksanakan pemilihan Kepala Desa. Pemilihan Kades di kampong Solu Kecamatan Solki Kabupaten Solku Propinsi Sola Negara Kesatuan Republik Solider. Komisi Pemilihan Umum menerima pendaftaran Calon Kades bulan Mei. Telah terdaftar 2 pasangan calon kades.
Memenuhi syarat administrasi semua calon kades juga pendampingnya dalam hal ini wakades. Kebetulan calon pasangan kades nomor satu adalah pasangan abadi dalam artian suami istri. Pasangan calon nomor urut 2 juga memiliki kesamaan fisik Mereka saudara kembar. Nama sang kakak Gading dan sang adik Gadang.
Petahana atau incumbent kades lama tidak mendaftarkan diri. Beliau dan pak wakil berhalangan tetap. Padahal masih ada masa bhakti 15 bulan. Takdir maut tidak bisa ditolak. Kades dan Wakades tewas dalam kecelakaan perahu tenggelam di Sungai Brantu. Itulah sebabnya pilkades segera diselenggarakan untuk mengisi kekosongan jabatan pejabat tertinggi Desa Solu.
Pasangan suami istri Kang Purwo dan Mbak Syantirah memang cukup populer di desa. Pengusaha sukses bidang sembako juga punya 7 restoran di kota Sedangkan pasangan kembar adalah seniman. Gading dan Gadang menekuni seni tari tradisonal khusnya tari grebegan. Kedua paslon asli desa tentu pribumi jelas bukan perantau. Check saja KTP.
Seorang tokoh masyarakat sepuh yang sangat dihormati disowani KPU. Maksud tujuan sowan yaitu untuk mohon restu agar pilkades berjalan lancar tanpa halangan, ancaman, gangguan dan rintangan. Mbah Jokorwo sejenak terdiam. Lama tapakur, ada 23 menit. Anggota KPU terutama Non Selyana pegel kakinya bersebab duduk nglonsor di tikar.
"Sodara sodara, saya restui pilkades Desa Solu"
Alhamdlillah, serempak kompak para tetamu berguman sambil mengelus dada.
"Ada satu syarat menjadi Kades sebelum pemungutan suara"
" Siap Mbah Jokorwo, kami laksanakan"
" Kalian kumpulkan semua pemilik suara dilapangan terbuka, sebelum pencoblosan, suruh 2 paslon pidato tanpa teks"
" siap mbah"