Catatan budaya terkait gempa tentu tidak bernuansa politik. Gempa adalah gerakan kerak bumi menggoyang tanah dan lautan bersumber kekuatan luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Makhluk bernama manusia dipastikan tidak mampu mengoyangkan tanah dan segala sesuatu yang berada diatasnya secara bersamaan. Gempa sejatinya mengemparkan dan menakutkan bukan saja binatang dan makhluk lain tetapi manusia tak pandang pangkat jabatan. Kaya miskin tua muda jendral kopral presiden ketua rt pimpinan parpol kader artis kondang figuran, semua panik luar biasa.
Gempa datang tanpa pemberitahuan seperti angin puting beliung. Gerakan kulit bumi tiba tiba saja terjadi tak peduli apakah anak manusia itu sedang merayakan ulang tahun atau sedang ditimpa musibah karena ada sanak keluarga yang wafat. Gempa datang tak pakai permisi kepada Bapak Presiden dan Pak Gubernur bahkan Kapolri atau Panglima TNI. Dia datang begitu saja sebagai satu peringatan keras bagi sesiapa yang masih hidup diatas tanah.
Seperti diberitakan Detik.com 23/1/2018. Gempa 6,1 SR mengguncang Banten dan sekitarnya, termasuk Jakarta hingga Bantul, Yogyakarta, pada pukul 13.34 WIB. BMKG memastikan gempa tersebut tak berpotensi menimbulkan tsunami. Kekuatan guncangan gempa berbeda yakni skala kuat di Jakarta, Tangerang Selatan dan Bogor. Sedangkan kekuatan skala menengah dirasakan di Lampung dan Bantul.
Kepanikan dan ketakutan melanda warga di kota metropolitan terutama yang sedang berada di gedung gedung tinggi. Seolah olah hutan beton itu melambai lambai dalam hitungan menit. Untunglah gedung tinggi itu tidak ada yang patah pada gempa berkekuatan 6,1 SR. Hanya saja orang orang didalam gedung berhamburan keluar menggunakan tangga darurat. Secepatnya berlari ketempat paling luas berkumpul di lapangan terbuka yang lebih aman.
Di zaman now kehadiran smart phone ternyata mempunyai peran penting. Dalam hitungan detik rekaman peristiwa gempa muncul di media sosial. Pada suasana kepanikan ternyata netizen masih memberanikan diri merekam goyangan gempa dimana pun dia berada. Paling tidak sumbangan rekaman tersebut memberikan catatan sejarah bahwa sebaran gempa itu memang sungguh sangat luas dari pusat gempa.
Satu hal patut disayangkan diantara kepanikan massal masih ada oknum iseng bercanda mengirimkan gambar hoax. "Peristiwa ini bukan main main bung, kenapa juga ada yang mengirim foto patung pancoran" Disana terpampang foto seorang yang terjun dari puncak patung yang berada di Jakarta Selatan. Ini perbuatan keterlaluan memang.
Dibalik itu semua patut dibanggakan netizen yang mengirimkan doa doa keselamatan. Naskah doa itu masuk ke media sosial sebagai bentuk ketidak berdayaan manusia kemudian memohon pertolongan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah salah satu bentuk kepedulian dan kesadaran sosial untuk tetap tenang saling mengingatkan agar tidak panik sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Bermacam perilaku netizen dibalik kepanikan tetapi paling tidak jangan lah bercanda ria.
Catatan budaya yang patut di kemukakan disini adalah ponsel menjadi alat terpenting bagi keluarga untuk saling memberi informasi. Seorang ibu bergegas menelpon putra putri kesayangan. " Apa kabar nak"? ketika muncul jawaban " Mama bagaimana, kami Alhamdulillah baik baik saja cuma kaget banget" Itulah salah contoh komunikasi ketika tidak ada keberdayaan menghadapi goyangan bumi.
Paling tidak bagi yang sedang merayakan ulang tahun dan acara pernikahan akan menjadi catatan sendiri. Tahun 2018 ultah saya ada gempa, inikah hadiah atau peringatan bagi kita. Semua dikembalikan kepada setiap insan bagaimana mengambil hikmah dari Gempa.
Bisa jadi Gempa berhasil menggetarkan hati yang telah mati. Tidak lain maksud Tuhan Yang Maha Bijaksana agar hati itu hidup kembali dalam bentuk obat untuk bertobat. Mudah mudahan anak manusia bisa menerima kembali sinyal sinyal kebaikan.