Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

(My Diary) Dongeng Kecil untuk Anin

Diperbarui: 13 April 2016   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dok. FC"][/caption]Sssssst ...!

Diam. Jangan berisik.

Dia lagi tidur.

Kutepuk-tepuk pantatnya yang bulat.

Sssst ...!

Anin, kalau lagi bobok begitu, ya. Ndak boleh diganggu siapa pun. Meski untuk melewatinya, ia ngedot dulu. Botolnya diacungkan mirip peniup terompet ke atas kayak Louis Armstrong atawa Wynton Marsalis. Sambil tangan satunya yang bebas memegang ngiwil-ngiwil bagian bajuku. Dari matanya mulai merem, hingga tak bergerak sama sekali kelopak matanya.

Lalu pelan-pelan, tangan yang ngiwil-ngiwil bajuku kulepaskan, sangat hati-hati. Bila ia sudah lelap dengan halus nafas naik-turunnya, kan kujaga. Tak seekor nyamuk pun. Apalagi nyamuk-nyamuk nakal siang yang boleh jadi ...ih, ndak perlu kusebutkan. Ia tak boleh menyentuh, apalagi menggigitnya. Tak.

Dear diary,

Kamu tidak punya hak apa-apa. Kecuali dengan setia kucorat-caret. Dengan larik-larik tentang Anin, malaikat kecilku. Penyambung segala macam gundah-gulanaku. Ya, bener. Bukan galau. Kalau galau itu kan cara anak-anak ABG sekarang. Ingat! Anin bukan ABG seperti itu.

Lha, Bu Sinaga, seorang guru tetanggaku pun kubiarkan bingung. Saat Anin hampir setahun bisa menggoyang-goyangkan setangkup tangannya saat aku dendangkan: Sinangga tulo ....!”

“Memang ada keturunan Batak, Pak?” tanyanya saat melintas dan perlu berhenti sebentar. Maksudnya, menanyakan apakah ayah-ibu Anin ada yang berketurunan Batak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline