Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Matur Suksma, Terima Kasih yang Menyapa dari Bali

Diperbarui: 28 September 2025   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matur Suksma: dokpri 

Kalau ditanya sudah berapa kali terbang ke Bali? Jawabnya tidak  tahu karena sudah tidak bisa dihitung. Namun dari sekian banyak penerbangan ke Bali, biasanya dari bandara  Soekarno -Hatta. Perjalanan ke Bali kali ini terasa lebih ringan karena saya berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma. Dari Bekasi, Halim tentu jauh lebih dekat dibanding Soekarno-Hatta. Karena tidak perlu menempuh perjalanan panjang hanya untuk sampai ke bandara. Apalagi kalau terkena macet.  Rasanya praktis dan sederhana, cocok untuk perjalanan singkat.

Pesawat Citilink  berangkat tepat waktu, walau sebenarnya sudah dimundurkan sekitar satu jam dari jadwal aslinya. Tidak sampai dua jam kemudian pesawat  sudah sampai mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar.
Begitu masuk ke terminal , suasananya sangat  berbeda dengan bandara Halim. Bandara ini besar, modern, dan tentu saja penumpang harus berjalan agak jauh untuk sampai mengambil bagasi dan kemudian ke tempat jemputan atau taksi. Tidak terlalu jauh kalau dibandingkan bandara lain yang sibuk tetapi  cukup membuat saya teringat betapa ringkasnya bandara  Halim tadi.

Namun Bali memang memiliki daya tarik magis yang membuat siapa saja seakan terakhir dengan pesonanya dan ini dimulai dari kedatangan di bandara.  Walau sudah sering tetap ada cita rasa dan suasana yang sulit diuraikan. Apa lagi dulu, saya pernah cukup sering bertugas di bandara ini dan menyaksikan perkembangannya  dari bandara yang relatif sederhana dan kemudian berubah menjadi seperti sekarang ini.
Perasaan berjalan jauh tadi  mendadak terasa ringan ketika saya melihat sebuah tulisan besar di terminal kedatangan: "Matur Suksma."

"This beautiful in Balinese language is the humblest word in human ini human language. "Thank you" This is one of many words that are included as the nicest things on earth "
Dua kata sederhana dalam bahasa Bali yang berarti terima kasih. Kata-kata itu terpampang jelas, seolah-olah menyapa semua penumpang yang baru saja menjejakkan kaki di pulau ini. Ada rasa puitis di dalamnya, bukan sekadar basa-basi, melainkan sambutan yang tulus. Saya terdiam sejenak, terkesan pada cara Bali menyambut tamu dengan kata yang begitu indah.
Dalam perjalanan menuju Nusa Dua, sopir taksi juga sempat berkomentar singkat tentang banjir yang sempat melanda Denpasar beberapa minggu lalu. "Untung Nusa Dua aman," katanya singkat. Tapi dia juga bercerita tentang kacaunya lalu lintas sehingga mengganggu jadwal penerbangan, bahkan parahnya banjir di underpass Sunset Boulevard sehingga beberapa kendaraan terjebak.Tetapi  pikiran saya masih kembali pada tulisan besar di bandara tadi.

IATP: dokpri 

Tujuan utama  saya ke Bali kali ini adalah menghadiri kegiatan IATP (International Airlines Technical Pool) di kawasan Nusa Dua.
Kawasan Nusa Dua memang berbeda. Jalannya lebar, taman-taman tertata, hotel-hotel megah berjajar dengan rapi. Ada kesan steril dan buatan, seolah dipersiapkan khusus untuk acara internasional. Itulah yang membuatnya nyaman sekaligus terasa jauh dari keseharian Bali yang sesungguhnya. Tapi tetap saja, ada daya tarik yang sulit ditolak: pantainya yang bersih, suasananya yang tenang, dan layanan yang nyaris selalu sempurna.
Hari sudah hampir pukul 10 malam ketika saya tiba san cek in di hotel. Karena belum saya sempat keluar ke jalan di depan hotel dan melihat-lihat sambil mencari angin dan makanan. Nasib baik sedang berpihak, tidak jauh dari hotel, ada sebuah warung Jawa sederhana. Menu utamanya soto ayam dan ayam bakar. Warung itu ramai, penuh dengan para pelanggan yang kebanyakan berasal dari Jawa Timur dan bahasa yang digunakan juga umunnya bahasa Jawa.  Ada rasa hangat ketika makan di sana, seakan membawa saya mampir sebentar ke tanah Jawa. Soto hangat dengan kuah bening, ayam bakar dengan sambal pedas dan mentimun. Semua sederhana, tapi justru itu yang membuatnya berkesan. Dan yang paling mantap juga harganya sangat bersahabat untuk kawasan Nusadua. Sekali lagi kata Matur Suksma menggema.
Bagi saya, dua kata itu sudah cukup untuk merangkum cerita perjalanan yang singkat ini. Terima kasih yang sederhana, tapi terasa menyentuh dan akan selalu saya ingat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline