Lihat ke Halaman Asli

Suyito Basuki

TERVERIFIKASI

Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Cerpen: Antrean Para Sandal

Diperbarui: 15 Maret 2022   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi sandal-sandal. (sumber: pixabay.com/carmem)

Sandal-sandal itu ditata berkelok-kelok, mulai dari depan mini market sampai menyusuri tepi jalan. Jika diukur menyeluruh hampir mencapai 500 meter. Sandal yang terdiri dari berbagai ukuran, merek dan warna menjadi semacam seni kolase dalam sebuah lukisan. 

Hujan turun, sandal-sandal tak bergeming. Angin meniup kencang, sandal-sandal hanya sedikit oleng karena ada batu yang mengganjal di atasnya. Ada sepasang sandal jepit tidak diganjal batu pemiliknya, ia terbalik dan kelihatan kulit sandal bawah yang sudah tipis dan keropos.

"Kamu sudah tua" sergap sandal jepit merah yang ada di depan sandal yang terbalik yang ternyata memilki warna biru kusam. Mereka berada di tepian jalan, agak jauh dari mini market.

"Biar tua, tetapi aku disayang pemilikku bu Heny..." jawab sandal biru kusam itu.

"Buktinya apa kalau disayang pemilikmu?"tanya sandal jepit merah itu.

"Aku selalu diajak kemana-mana oleh bu Heny. Ke pasar beli kebutuhan dapur, aku diajak. Ke tempat orang yang memiliki hajatan, aku diajak. Ke mall di kota besar aku juga diajak," jawab sandal biru kusam dengan bangga.

"Ngapain bu Heny ke mall?" tanya sandal jepit merah itu penasaran, karena dia tahu bahwa bu Heny itu seorang ibu rumah tangga yang keuangannya pas-pasan, maklum pekerjaan suaminya hanya sopir angkot yang sepi penumpang di masa pandemi ini. Anak bu Heny 3 orang, bersekolah di SMA, SMP dan SD. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, kadang bu Heny dipanggil untuk membantu pekerjaan rumah tangga di kampung atau perumahan di dekat tempat tinggalnya.

"Yah cuma lihat barang-barang saja, katanya sih nanti kalau dapat arisan RT, dia akan membeli barang yang dia inginkan di mall itu," jawab sandal biru kusam itu sekenanya.

"Kalau aku sih, tidak selalu diajak oleh bu Titik pemilikku. Aku hanya diajak saat jalan-jalan santai di alun-alun kota atau di pantai yang tidak jauh dari rumah," sandal jepit merah yang masih kelihatan bagus performanya berkata dengan bangga. Bu Titik oleh warga kampungnya sering ditanya apa sih pekerjaannya, sebab bu Titik tidak memiliki pekerjaan tetap namun pakaian dan dandanannya kelewat mewah.

"Wah kalau begitu bu Titik tidak sayang dong sama kamu?" sandal biru kusam balik bertanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline