Pendahuluan
Dalam upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan mengenalkan dunia industri kepada mahasiswa, Universitas Duta Bangsa (UDB) Surakarta mengadakan kunjungan pembelajaran ke Coklat Monggo, Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari program DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) yang bertujuan memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa dalam memahami proses produksi, manajemen bisnis, hingga strategi pemasaran dari salah satu brand lokal yang sukses di bidang industri makanan olahan.
Profil
Cokelat Monggo adalah merek cokelat artisan premium asal Yogyakarta yang menggabungkan cita rasa Belgia dengan kekayaan bahan lokal Indonesia. Didirikan pada tahun 2005 oleh Thierry Detournay, seorang warga Belgia yang terpesona oleh potensi kakao Indonesia, Cokelat Monggo kini menjadi ikon kuliner sekaligus destinasi edukatif di Yogyakarta.
Sejarah dan Perkembangan
Thierry memulai usahanya dengan menjual cokelat truffle buatan tangan di pasar pagi UGM menggunakan Vespa pink. Dengan semangat memperkenalkan cokelat berkualitas tinggi berbahan baku lokal, ia mendirikan pabrik pertama di Kotagede. Seiring pertumbuhan bisnis, pada tahun 2017, Cokelat Monggo membuka Museum & Pabrik di Bangunjiwo, Bantul, sebagai pusat edukasi dan wisata kuliner.
Produk dan Varian Rasa
Cokelat Monggo menawarkan lebih dari 40 varian rasa (58%–77% kakao) misalnya Milk dan White Chocolate,
Varian unik seperti jahe, cabai merah, rendang, durian, mangga, green tea, dan marzipan, berbagai produk eksklusif seperti pralin dengan isian pandan, gula merah, markisa, dan hazelnu
Semua produk dibuat dengan bahan alami tanpa pengawet, menggunakan biji kakao pilihan dari Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Komitmen Lingkungan
Cokelat Monggo berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan dengan: