Lihat ke Halaman Asli

Suhari Ete

Batam, Kepulauan Riau

Nasib Bukan untuk Dititipkan

Diperbarui: 5 Januari 2019   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Setiap hari, mentari pagi menyapa ramah. Sinarnya yang kemilau memancar indah. Tetapi itu tidak membuatku tergoda untuk bangun pagi. Sudah terlalu sering aku melihat pemandangan seperti itu. Hal-hal yang selalu berulang akan terasa hambar, bukan? Dan itulah yang aku rasakan dari rutinitas pagi di kampungku.

Hawa perbukitan yang dingin, membuatku malas beranjak dari ranjang kusam yang terbuat dari potongan papan. Suasana pagi yang seperti ini, membuatku lebih nyaman bersembunyi di balik selimut. Itu satu hal yang membuatku selalu bangun siang. Hal yang lain, toh aku tidak memiliki pekerjaan. Jadi buat apa bangun pagi seperti layaknya orang-orang kantoran itu?

Sampai suatu saat, akhirnya aku menjadi bosan sendiri. Sampai kapan akan menjadi seperti ini? Makan tidur, luntang lantung, tanpa pekerjaan?

Ternyata menjadi pengangguran itu capek. Melelahkan. Sudahlah begitu, di kantong nggak ada uang. Makanya, lebih baik lelah karena karena kerja daripada lelah karena nganggur.

Buat apa orang tua mati-matian membiayaiku agar memiliki ijazah, jika kemudian tidak berguna? Apakah ijazah hanya akan menjadi pajangan di rumah?

Kerisauan ini terjadi berbulan-bulan, sebelum akhirnya aku bertemu dengan seorang teman. Namanya Andi. Sembari bergurau dan mengenang masa-masa sekolah di sebuah warung tua di pinggir jalan, dia bercerita bahwa di Batam gampang mencari kerja. Dia juga mengatakan gaji di sana relatif besar.

Aku yang tak pernah makan gaji tergiur. Dia mengisahkan perjalanan hidupnya yang manis.

Hingga akhirnya, aku mengambil keputusan. Tepat pada tanggal 12 Februari 2004, kapal yang aku tumpangi berlayar ke Batam.

Aku, si anak desa dari sebuah kampung di Payakumbuh, Padang, Sumatera Barat, akhirnya pergi merantau.

* * *

"Usaha tidak akan pernah membohongi hasilnya." Aku membuktikan kebenaran akan kata-kata itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline