Lihat ke Halaman Asli

Kulayangkan Surat Ini Kepadamu, Kawan

Diperbarui: 1 Maret 2024   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar: dokpri

Kawan, semoga sampai dengan saat ini engkau masih dalam kondisi sehat walafiat dan serba baik-baik saja dalam naungan Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Segala ...

Puji Tuhan, Alhamdulillah, Salam Seimbang Universal Indonesia Nusantara ...

Kawan, dalam hal prinsip-prinsip jurnalisme, tentunya saya tidak perlu panjang lebar bernarasi dengan diri U. Sebab, bila terlalu panjang lebar dalam bernarasi melalui layangan surat ini, sama halnya laksana saya menggarami lautan.

Setidak-tidaknya, U secara akademis adalah doktornya publisistik atau jurnalistik yang pernah kukenal dan kupahami sepak terjang U di ranah jurnalisme, utamanya bagaimana U menggenggam filososfi jurnalisme dan berupaya mengimplementasikan prinsip-prinsip jurnalisme di alam nyata, bukan di awang-awang belaka. Saya, tidak secuilpun meragukan reputasi, maupun perestasimu sebagai seorang jurnalis. Dan, saya masih yakin dengan sikapmu selama ini, tanpa berlebihan ...

Sekedar bercerita, ya ? Dan, semoga U tidak terusik dan terganggu oleh layangan suratku ini ...

Suatu ketika, artikel yang kuunggah di sebuah platform blog ternama, dihapus atau di-banned dengan dasar pertimbangan menurut notifikasi dari sang pengelola, bahwa artikel saya ditengarai sebagai tayangan ulang (repeat), plagiasi, dan sebagainya. Padahal, artikel tersebut adalah original hasil tulisan kreasi saya sendiri, dan bukan comotan.

Artikel saya itu sempat tertayang sesaat saja, dengan pelabelan "pilihan" (yang walaupun saya tak berharap terhadap pelabelan itu). Mau "pilihan" atau tidak yang penting adalah bagaimana saya bisa berekspresi dalam berartikel, berbagi informasi dan pengetahuan tanpa harus mengorbankan dan mencederai sebuah prinsip-prinsip jurnalisme yang harus ditegakkan dalam mencerahkan publik atas sebuah informasi dan pengetahuan yang metodis, sistematis, analitis, objektif, dan universal. Bukankah begitu, ya Kawan?

Mau tahu artikel tersebut, ya? Baiklah ...

Artikel tersebut saya kemas sebagai artikel fiksi berwujud cerpen, bertemakan fenomena kenaikan harga beras yang melambung tinggi harganya akhir-akhir ini, dan mengundang banyak kontroversi di setiap perbincangan di ruang publik. Artikel cerpen saya itu, bertitel, "Harga Beras Melambung Tinggi". Tertayang hanya sesaat, tak lebih dari semenit, sekali lagi berlabelkan artikel cerpen "pilihan". Isinya, lho biasa-biasa saja, dan tak ada unsur menabarak SARA, apalagi mendiskreditkan seseorang atau sekian orang. Lha, koq dihapus, kemudian dinotifikasi, demikan:

"Artikel Anda dengan judul 'Harga Beras Melambung Tinggi' melanggar syarat ketentuan penayangan dan telah dihapus. Silakan cek lebih lanjut dengan klik di sini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline