"Satyagraha bukan hanya strategi politik, tapi juga pembelajaran moral. Satyagraha sejatinya merupakan jalan hidup yang berpegang teguh pada kebenaran untuk menegakkan keadilan" (Mahatma Gandhi)
Konsep Satyagraha
Konsep Satyagraha pertama kali dituangkan oleh Gandhi dalam Indian Opinian. Satyagraha berasal dari Sat (kebenaran) dan Agraha (tekad), sehingga secara harfiah sering diartikan "berpegang pada kebenaran". Ini adalah metode "kekuatan jiwa" sebagai lawan dari metode "kekuatan tubuh". Pemikiran yang dikandung adalah keterlibatan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk gelanggang politik, namun tetap di bawah sinar moralitas. Dalam bahasa PR. Sarkar dikatakan, bahwa in the political sphere, the should be the rule of moralist people, for immoralist cannot lead society, they cannot inspire the people into the path of rightousness. Ide dasarnya adalah untuk mengakhiri ketidakadilan dengan mengubah hati si pelaku ketidakadilan dengan membangkitkan, melalui cinta dan penderitaan diri, rasa keadilan si pelaku tersebut.
Dalam sejarah politik, keempat ashram Gandhi yaitu Phoenix, Tolstoy Farm di Afrika Selatan, serta Sabarmati, Sevagram di India tercatat sebagai "laboratorium" Satyagraha. Di Afrika Selatan metode perlawanan non kekerasan ini dapat terlaksana dengan baik. Ketimpangan-ketimpangan yang telah menimpa orang-orang India sebagian besar dihapuskan, dan suatu kekuatan karakter dan harga diri tercipta dalam diri mereka. Ini melibatkan disiplin diri dan pengorbanan diri bagi Gandhi serta pengikutnya. Disiplin dari dalam diri yang diperoleh dari pengorbanan diri inilah yang merupakan pesan Gandhi untuk India. Cita-cita ini memiliki akarnya yang kuat dalam agama.
Gerakan-gerakan Satyagraha Gandhi di Afrika Selatan merupakan peristiwa pioner bagi model gerakan selanjutnya. Sukses di Afrika membawanya kembali ke India dalam tahun 1915. Dalam lima tahun, dia menjadi pemimpin dari gerakan kemerdekaan India. Pada tahun 1917, Gandhi memimpin satu gerakan Satyagraha di Champaran, yang menghasilkan penghapusan keadaan buruk pada petani nila. Pada tahun 1918, Gandhi memimpin gerakan Satyagraha di Ahmedabad atas nama para pekerja tekstil. Dia memimpin tiga gerakan Satyagraha besar melawan pemerintah Inggris di India: (1) gerakan tanpa kerjasama (non-cooperation, 1920-1922) sebagai jawaban atas pembunuhan di Jalianwallah; (2) gerakan tahun 1930-1932 yang mulai dengan perjalanan panjang garam (salt march) yang terkenal; gerakan tinggalkan India (Quit India, 1940-1942).
Gandhi telah dipenjarakan tiga kali dan menghabiskan tujuh tahun dipenjara untuk kegiatan politik. Gerakan-gerakan Satyagraha-nya membangkitkan kesadaran dari rakyat India dan membuat pemerintah Inggris semakin goyah, baik secara moral maupun secara fisik. Akhirnya Inggris terpaksa memberikan India kemerdekaan pada tahun 1947, dengan cara yang paling bersahabat dalam sejarah peradaban manusia.
Satyagraha sendiri berarti "keteguhan pada kebenaran", adalah filosofi dan strategi perlawanan tanpa kekerasan yang dikembangkan oleh Mahatma Gandhi. Ini adalah bentuk pembangkangan sipil yang didasarkan pada keyakinan bahwa kebenaran akan selalu menang dan perjuangan harus dilakukan dengan cara yang benar, yaitu tanpa kekerasan dan dengan cinta kasih.
Gambar: Tokoh Gerakan Satyagraha, Mahatma Gandhi (Sumber: Meta AI, 2025)
Gandhi membedakan Satyagraha dengan perlawanan pasif. Perlawanan pasif, menurut Gandhi, bisa jadi melibatkan kekerasan dan tidak selalu berpegang pada kebenaran dalam segala keadaan. Satyagraha, di sisi lain, adalah senjata orang kuat yang menolak kekerasan dan selalu menekankan kebenaran.
Inti dari gerakan Satyagraha yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi adalah perlawanan tanpa kekerasan (Ahimsa) berdasarkan prinsip kebenaran (Satya) dan cinta kasih. Satyagraha mengajak untuk melawan ketidakadilan dengan keteguhan pada kebenaran, bukan dengan kekerasan, tetapi dengan menyentuh hati nurani penindas.