Lihat ke Halaman Asli

Stefi Rengkuan

Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Leluhur Minahasa: Keyakinan, Teori, dan Pembuktian

Diperbarui: 18 Oktober 2020   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sembilan (9) tawaran pokok pikiran dan refleksi bagi tou Minahasa tentang Sejarah dan Budaya Minahasa "sinaput wo kinakelewan woh rimbengbeng", terbungkus dan tertutup serta gelap (JGF Riedel), dihubungkan khusus dengan temuan baru yang memberi "secercah cahaya" melalui buku Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa karya Weliam H. Boseke.

1. Sumber info pengetahuan leluhur Minahasa yang dipegang dan sudah merasuk dalam diri individu dan masyarakat Minahasa adalah kisah Lumimuut-Toar. Kisah ini telah menjadi sebuah keyakinan akan benarnya asal usul leluhur, sedemikian rupa sikap tersebut memengaruhi hidup dan paradigma berpikir terkait keyakinan tersebut. (Bdk. Bert Supit, 1986)

2. Namun demikian, dokumentasi kisah ini paling awal saja mencapai 92 versi, dan pada tahun 1970-an menjadi lebih dari 100 versi karena kemungkinan karena pengaruh teori2 migrasi yang bermunculan pada masa itu. (Denni Pinontoan dan Bode Talumewo dlm webinar zoom Tou Minahasa Melbourne). Padahal versi yang kiranya paling awal menurut catatan JAT Schwarz dalam bukunya terbit 1907, baru menyebut 11 versi.

3. Kisah Toar-Lumimuut ini sebagai leluhur pertama Minahasa dibawakan oleh tonaas Walian pada saat upacara kematian khususnya untuk merunut asal usul si yang meninggal. Dari sekian versi penuturan kisah tersebut, Syair Zazanian Ni Karema dianggap yg lebih lengkap yang mengungkapkan asal usul leluhur Minahasa. Dokumentasi tertua, sejauh bisa diperoleh data secara tertulis, dibuat oleh H. Van Kohl dalam buku bertahun 1903.

4. Ilmu Sejarah mengajarkan bahwa mitologi bukan sejarah tapi bisa dipakai karena mengandung kebenaran tertentu, selama tidak ada fakta pegangan lain yang memadai. Apalagi teori-teori migrasi penduduk selama ini berbeda-beda. Mana yang diikuti untuk Indonesia, dan khususnya Minahasa?
*Teori Yunan (Tiongkok Selatan
* Teori  Nusantara
* Teori Out of Taiwan
* Teori out of Africa
Ada juga Teori Austronesia sampai Mongol dan Israel?

Darimana pun asal secara general, faktanya ada ratusan suku dan ras di Indonesia. Sehingga menjadi alasan dasar kita disebut dan dibingkai indah dalam negara tercinta: Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi satu. Kita bersatu karena berasal dari pelbagai perbedaan termasuk berbeda suku dan ras! Dengan demikian kekhasan identitas dan sejarah masing2 adalah sebuah kekayaan yang membuat mozaik NKRI itu menjadi indah.

5. Merefleksikan fakta keragaman yang bahkan bisa saling menihilkan di atas, bisa dikatakan Kisah Lumimuut-Toar ini yang sudah menjadi sebuah keyakinan tentu bersifat pra-teoritis. Dan teori-teori migrasi di atas sesungguhnya bersifat pra-empiris karena fakta yg dipakai sudah ditafsirkan menurut teori yg dipakai. Maka lebih cocok teori-teori tersebut tentang leluhur Minahasa khususnya disebut hiptotesis yang mesti terus melewati suatu upaya pembuktian. (Bdk. John Verhaar, 1992)

6. Lebih lanjut, para ahli dan sejarawan yang hanya melihat peristiwa sebagai sebuah kontinuum linear akan menghadapi pertanyaan dari filsuf sejarah Michel Foucault (Arkeologi Pengetahuan) yang menegaskan bahwa ada keterpatahan sejarah, apalagi terkait linguistik itu sendiri. Fakta ada banyak versi tulisan sejarah yg diklaim sendiri sebagai sebuah kebenaran menunjukkan sesungguhnya sejarah itu memang ditulis oleh penguasa (yg mampu dan berkuasa menetapkan sebuah sejarah didokumentasikan atau tidak).

Apa yang ada dalam skema pengetahuan (episteme) si penguasa itulah yang akan dituliskan sebagai dokumen sejarah. Power is knowledge menjadi kritik filsuf ini atas Knowledge is power. Karena dengan kekuasaanlah pengetahuan itu bisa menjadi kekuatan pengendali dan pembentuk jalannya sejarah.

Sejarah bukan ditulis langsung pada saat itu sedang berlangsung, tapi saat ditulis sudah dengan interpretasi dari si penulis atau penguasa yg memerintahkannya dengan maksud tertentu. Karena itu filsuf Perancis tersebut dikesankan memandang "remeh" sejarah yang seperti itu, namun sesungguhnya keunikan dan kekhasan sejarah itu mesti digali lebih dalam dan luas, dengan kata lain artefak-artefak (pengetahuan) sejarah itu harus selalu dibaca ulang dan didekonstruksi ala posmo, ada yang didestruksi dan sekaligus direkonstruksi demi keaslian faktual, lepas dari benar dan salah secara moral atau keyakinan idiologis tertentu.

7. Boseke datang dengan temuan, bahkan bukan dengan klaim teori belaka. "Satu temuan membantah 1000 teori" (Benni Matindas menegaskan kembali apa yg dinyatakan ekonom pemenang Nobel asal Swedia, Gunnar Myrdal). Boseke memang telah melahirkan satu teori hipotesis tersendiri yg didukung oleh bukti-bukti sangat kuat secara faktual empiris dan fenomenologis. Ada "pengulangan berpola" yang sudah terjadi banyak kali, dan itu sudah mesti diterima para ilmuwan yang mengerti apa artinya sebuah penelitian sosial. Hipotesis sudah terbukti, apalagi yang mesti dibantah selain terus mendalami kebenaran itu sendiri, yang tentu saja tetap terbuka pada temuan-temuan lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline