Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Filosofi "Cogito, Ergo Sum" dari Descartes

Diperbarui: 10 Januari 2024   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ren Descartes merupakan seorang filsuf Prancis abad ke-17, dikenal sebagai tokoh yang memainkan peran penting dalam perkembangan pemikiran filosofis dan ilmiah Barat. Salah satu pernyataannya yang paling terkenal adalah "Cogito, ergo sum" atau "Aku berpikir, maka aku ada." Pernyataan ini menjadi fondasi bagi metode filosofis dan ilmiah modern, mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan, eksistensi, dan pikiran manusia. Descartes hidup pada masa yang gejolak, di mana pergeseran paradigma dari tradisi skolastik menuju metode ilmiah menjadi semakin jelas. Dia ingin mengembangkan fondasi pengetahuan yang tak tergoyahkan, dan inilah yang mendorongnya untuk mencari dasar yang mutlak dan pasti. Dalam pencarian ini, ia mencapai kesimpulan bahwa satu-satunya kebenaran yang pasti adalah bahwa ia berpikir.

Descartes mencapai kesimpulan ini dalam "Meditasi Kesatu," sebuah karya dalam "Meditasi-metafisika" yang ditulisnya. Dalam meditasi ini, Descartes mencoba untuk mencari fondasi yang pasti dan tak tergoyahkan untuk pengetahuan. Ia mempertanyakan segala sesuatu yang dapat diragukan dan mencari kebenaran yang paling dasar.

Dalam proses penelitiannya, Descartes menyadari bahwa, walaupun mungkin segala sesuatu dapat diragukan, ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu keberadaan pikirannya sendiri. Meskipun mungkin terjadi keraguan tentang objek atau dunia di sekitarnya, keraguan itu sendiri menunjukkan adanya suatu pikiran yang meragukan. Dengan kata lain, pikiran yang meragukan adalah kepastian yang tak tergoyahkan.

Oleh karena itu, Descartes menyimpulkan bahwa keberadaan dirinya sebagai entitas berpikir adalah suatu kepastian yang tak terbantahkan. Pernyataan "Aku berpikir, maka aku ada" menekankan bahwa pikiran adalah landasan yang pasti dari keberadaan seseorang. Ketika seseorang merenung, berpikir, atau meragukan sesuatu, itu menegaskan keberadaan dirinya sebagai entitas berpikir.

Pernyataan ini juga menandai titik tolak Descartes dalam membangun dasar filosofis dan ilmiah yang kokoh. Dengan mengakui keberadaan dirinya sebagai entitas berpikir, Descartes mengangkat subjektivitas pikiran sebagai titik awal untuk membangun sistem pengetahuan yang dapat diandalkan. Pendekatan ini kemudian menjadi dasar bagi metode ilmiah modern yang menekankan keraguan skeptis dan penelitian yang rasional.

Meskipun Descartes menjadi salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah filsafat, pendekatannya tidak luput dari kritik. Beberapa filsuf kemudian menantang pemisahan tajam antara pikiran dan tubuh, dan konsep dualisme yang diusungnya.Meskipun demikian, "Aku berpikir, maka aku ada" tetap relevan dalam konteks eksplorasi identitas, pengetahuan, dan eksistensi manusia. Pernyataan ini mengajak kita untuk merenung tentang esensi diri kita dan menyadari bahwa pemikiran adalah inti dari keberadaan kita.

Jadi, "Cogito, ergo sum" tidak hanya menjadi pernyataan filosofis yang terkenal, tetapi juga menjadi fondasi bagi perubahan paradigma dalam pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Descartes memandang pikiran sebagai landasan pasti dari eksistensi manusia dan pengetahuan yang dapat diandalkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline