Lihat ke Halaman Asli

Sokhibul Anwar

Mechanical Operator | Penulis lepas

Demam Pasca Ketupat

Diperbarui: 15 April 2025   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Pixabay free

Pagi hari

Lebaran ketupat baru saja lewat, namun sisa-sisa euforianya belum benar-benar hilang. Di sudut-sudut desa, suara gelak tawa masih terdengar sayup-sayup, tapi di sisi lain, antrean panjang di puskesmas mulai menjalar. Puskesmas mendadak seperti pasar pagi yang laris manis, ramai pengunjung.
Orang-orang datang berbondong-bondong, membawa tubuh lesu, tenggorokan gatal, dan kepala yang berat. Entah karena makan opor berhari-hari, kehujanan saat silaturahim, atau hanya efek dari kelelahan yang menumpuk setelah serangkaian perayaan.

Menjelang siang, giliran tempat praktek bidan yang ramai. Bukan hanya ibu-ibu dengan perut buncit atau balita lucu di gendongan. Kini, bapak-bapak pun ikut antri. Bukan untuk bertanya soal kandungan istrinya, tapi untuk memeriksakan demam, batuk, dan pilek yang mulai tak kenal waktu.

Yang bikin lucu, ada bapak-bapak yang salah masuk, duduk santai di ruang USG. "Pak, ini khusus ibu hamil," tegur perawat. "Oh... kirain ruang istirahat," jawabnya sambil mengusap keringat yang tak kunjung turun.

Suara bersin dan batuk bergema di setiap sudut, bersahut-sahutan seperti orkestra musim pancaroba. Di toko kelontong, rak obat-obatan mendadak kosong. Mixagrip menjadi barang langka, diborong bak sembako gratis. Bahkan balsem yang biasanya cuma dibeli nenek-nenek, sekarang laris manis.

Lalu saat iseng buka grup WhatsApp...
"Ada yang pilek gak siih?"
"Gua batuk."
"Aku demam, kepala muter."
"Hidung mampet bro, kayak jalan tol macet total."

Hahaha. Kok bisa ya, barengan? Kayak janjian. Virusnya mungkin juga habis open house, lalu berpindah-pindah sambil bilang, "Oke, lanjut ke rumah berikutnya!"
Di rumah, selimut yang selama ini hanya jadi hiasan di ujung ranjang, kini kembali berfungsi sebagaimana mestinya mendekap tubuh yang menggigil, menemani malam yang berubah dingin. Didekap erat, seakan itu pasangan halal yang paling setia

Jadi begitulah, setelah silaturrahim, santapan ketupat, dan senyum saling sapa, kini waktunya pilek berjamaah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline