Lihat ke Halaman Asli

Siti Nuzulia Regar

@snuzuliaregar

Mendidik Itu Berat

Diperbarui: 6 Februari 2018   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendidik itu berat. Pendidikan adalah dunia yang lebih keras dari jalanan. Dan saya bicara sebagai bukan siapa-siapa. 

Anak-anak adalah amanah yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Mendidik bukan sekadar berdiri di depan, menjelaskan pelajaran, selesai, kemudian pulang. Lebih dari itu, mendidik berarti memberi sesuatu ke dalam jiwa seseorang, menjadikannya baik atau buruk.

Sahabat saya tidak ingin menjadi seorang guru. Padahal dia kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Ketika saya bertanya mengapa, dia menjawab dengan sangat sederhana, "Menjadi guru itu harus mengajarkan kebenaran dan kebaikan, sebab itu yang akan membentuk mereka menjadi manusia yang baik. Jika kita mencontohkan satu keburukan, maka keburukan itu pula yang akan kita bawa untuk dipertanggungjawabkan."

Dunia pendidikan adalah sebuah pesan. Bukan hanya dari orang tua siswa, tapi juga Tuhan. Bukan tentang uang atau sekadar pekerjaan. Lebih dari apapun, pendidikan adalah dunia yang bisa memuliakan tapi juga akan membuat seseorang terhina ketika tidak mampu menjadi pendidik yang baik. Meskipun manusia tidak ada yang sempurna. Tapi bagi seorang pendidik, banyak hal harus memiliki nilai kebaikan, tanpa cacat, mungkin.

Dosen saya berkata, "Jika di sekolah anak-anaknya dihukum karena keluar kelas saat tidak ada guru, maka yang seharusnya dihukum itu bukan anak-anaknya, melainkan gurunya. Sebab guru memiliki kewajiban lebih atas anak-anak didiknya. Lain hal jika guru tersebut sudah menjalankan kewajiban dan amanah tugasnya dengan baik."

Dari perkataan dosen saya ini ada renungan terdalam bagi saya yang seorang pendidik di salah satu sekolah swasta. Saya seorang pendidik tanpa backgroundsekolah di jurusan pendidikan. Tapi anak-anak didik saya memanggil saya Ibu Guru. Saya adalah contoh, saya adalah tauladan, dan saya adalah amanah. Dan saya tidak sempurna. Sementara saya tidak pernah bisa mengukur tingkat keberhasilan seorang pendidik. Tapi saya berterima kasih banyak kepada semua guru yang sudah mendidik saya dengan sangat baik dan saya ingin sehebat mereka, menjalankan sepanjang amanah yang diletakkan Tuhan di pundak saya dengan penuh tanggung jawab.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline