Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

(28) Kesenjangan Sosial Skenario Siapa?

Diperbarui: 29 Maret 2025   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW


(28) Kesenjangan Sosial Skenario Siapa?

Di mana ada kesenjangan sosial, di situ ada kepentingan dan keuntungan yang diskenario demi tahta, kedudukan, jabatan, tetap dalam genggaman. Sebuah rekayasa yang tersusun, tersistem, dan masif (TSM). Negara yang memilihara kesenjangan dan keserakahan, maka kemiskinan akan terus naik panggung dan menjadi tontonan. Mereka tahu bahwa: keadilan akan menghapus kesenjangan, tidak serakah, akan menghadirkan kesejahteraan.

(Supartono JW.28032025)

Ibadah Ramadan 1446 Hijriah hari ke-28, Jumat (28/3/2025), dari beberapa berita di media massa, online, hingga dalam Khotbah Jumat, saya simpulkan hari itu banyak dibicarakan terkait "kesenjangan sosial". Terlebih jelang lebaran.

Hal menarik yang akhirnya saya potret dari kasus kesenjangan sosial ini, di tengah rakyat terus menderita, terus menerima ketidak adilan, terus mendera kemiskinan, rakyat justru harus menjadi penonton, para pejabat dan parlemen mengubah UU demi ada pihak yang mendapatkan pekerjaan tambahan dengan mudah. Bahkan, ada tambahan masa pensiun. Yang ujungnya, memakai uang rakyat juga. Hingga demonstrasi besar-besaran terjadi, tetapi para demonstran malah diciduk.

Betapa luar biasanya kolaborasi antara pejabat yang Presidennya di pilih oleh rakyat dan parlemen yang kursinya juga didapat dengan cara "membodohi" rakyat. Mereka bersinergi, berkomplot, bukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Tetapi hanya demi kepentingan dan keuntungan kelompok, golongan, dan oligarkinya.

Mirisnya lagi, Menteri BUMN dengan berbagai dalih, ikut bagi-bagi kue gratisan dengan tajuk perombakan jajaran komisaris pada bank-bank pelat merah. Luar biasanya, tanpa ada rasa risih dan tidak enak hati kepada rakyat Indonesia, malah memberikan pekerjaan tambahan kepada sejumlah pejabat kementerian untuk diangkat menjadi komisaris.

Meski dalihnya, menempatkan perwakilan kementerian di bank BUMN menjadi bagian dari strategi meningkatkan efisiensi, transparansi dan menjaga keselarasan dengan program pemerintah.

Maaf Erick, apa pun dalihnya, pemberian rangkap jabatan kepada perwakilan kementerian di Bank BUMN, tetap menciderai dan menyakiti rakyat. Selalu kepentingan dan kepentingan kalian yang dipikirkan, siapa yang diuntungkan? Apakah rakyat? Kepentingan dan keuntungan, yang menikmati kalian juga, rakyat hanya menjadi penonton kalian yang terus bertambah kaya dan sejahtera. Sementara, rakyat biasa betapa sulitnya mendapat satu pekerjaan.

Kesenjangan dibikin oleh "kalian"

Memang, kini banyak rakyat yang baru menyadari, bahkan menyesal atas kondisi negeri ini dengan pemimpin baru yang ada. Untuk merealisasikan janji politiknya, demi mewujudkan Makan Bergizi Gratis (MBG), rakyat juga yang kena getahnya. Katanya efisiensi, malah ada kegiatan tambahan yang hamburkan anggaran, ada pembahasan UU di hotel hanya demi mengakomodir yang ingin dapat pekerjaan tambahan dan tambahan waktu pensiunan.

Di depan mata rakyat, Erick Thohir yang di sepak bola juga sedang menjadi "Raja Kaya", di pemerintahan, beberapa wakil menteri malah dibagi-bagi pekerjaan tambahan di BUMN.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline