Tetap berdiri bagai batu karang terjal,
Menahan terjangan ombak penderitaan hari demi hari.
Dibalik senyum getir yang merona di wajahnya,
Ada jiwa yang retak nyaris pecah terbelah.
Air mata ia tumpahkan dalam diam,
Dia mencoba 'Merayu Tuhan'.
Percaya di balik badai yang pekat,
Ada cahaya pertolongan yang dijanjikan.
"Untukmu, Nak," bisiknya saat malam menyergap,
Menyeka duka, membangun kembali puing harapan.
Dia tak boleh runtuh, tak boleh lunglai,