Lihat ke Halaman Asli

Shinta Harini

From outside looking in

Cerber: Anugerah, Bukan Kutukan - Part 5

Diperbarui: 12 September 2021   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anugerah, Bukan Kutukan (Sumber: Pixabay)

Bagian sebelumnya...

Tidak banyak orang yang dapat mengira usia Regina Septadibrata yang sebenarnya. Pertengahan 40-an, hampir 50 bahkan. Ia masih tampak sangat fit di pakaian senamnya, tampak sexy bahkan dengan keringat membanjiri tubuhnya setelah setengah jam di treadmill, lima belas menit angkat berat, dan lima belas menit lagi di ruang sauna. Cukup satu jam setiap pagi sebelum hari-hari sibuknya dimulai di bank yang ia pegang yang berada di pusat kota.

Regina menyeka sisa-sisa peluh di lehernya dan beranjak ke kamar mandi di dalam kamar tidurnya yang didominasi dengan warna putih. Suaminya lagi-lagi sedang berada di luar negeri mengurusi perluasan perusahaan utama mereka. Shanghai menjadi target mereka sekarang dan segalanya tampak berjalan sesuai harapan.

Berbalutkan mantel mandi abu-abunya, Regina memutuskan untuk mengenakan setelan jas dan rok berwarna biru pucat dan blus perak dengan motif kotak-kotak yang sewarna. Ia tata rambut lurus sebahunya dengan sedikit gel, ia bubuhkan sedikit kosmetik di sekitar matanya, ia katupkan bibirnya sejenak setelah membubuhkan sedikit lipstick hampir sewarna dengan bibir merah mudanya. Kecantikan klasik mantan gadis sampul di sebuah majalah remaja ini membuatnya hampir tidak membutuhkan make up untuk membuat ia terlihat menarik.

Regina mengenakan sepatu setinggi tujuh sentimeter-nya dan melangkah elegan dengan tas sewarna dengan sepatu itu di lengannya. Ia ambil sebotol jus jeruk dari dalam lemari es dan ia tuang segelas untuknya. Jeruk tanpa gula, yang terbaik untuknya. Ia raih kunci mobil dari atas meja bar-nya. Dari mobilnya ia menghubungi kepala keamanannya dan memberitahunya bahwa ia siap berangkat hari ini. Ia tidak akan kembali sampai malam nanti di mana Lovy, Liz, dan Rizal akan datang untuk makan malam. Mereka menyayangkan ayah tidak dapat bersama-sama mereka pada hari itu. Merayakan ulang tahun mendiang Raphael.

"Ibu Regina, ditunggu untuk rapat jam sepuluh di lantai lima."

"Selamat pagi juga, Putri." Regina tersenyum pada sekretaris pribadinya sambil mengambil surat-surat yang disodorkan padanya. "Oh, tolong konfirmasi restoran untuk makan malam kami nanti ya."

"Semua sudah beres. Jam 6.30?"

"Benar sekali. Terima kasih, Putri."

"Sama-sama."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline