Probolinggo, 12 Agustus 2025 – Suasana rumah sederhana milik Ibu Sulastri di Kelurahan Kademangan, Kota Probolinggo, tampak berbeda dari biasanya. Sejak pagi, puluhan perempuan berkumpul, bukan sekadar untuk arisan atau pertemuan rutin, melainkan untuk belajar mengolah jagung menjadi produk bernilai jual tinggi.
Acara tersebut merupakan bagian dari program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) yang digagas PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Cabang Probolinggo. Dengan mengusung tema “Klasterisasi Olahan Jagung Menjadi Jamudin (Marning)”, kegiatan ini bertujuan memberdayakan para nasabah Mekaar agar tidak hanya menjual jagung dalam bentuk mentah, tetapi juga mampu menghasilkan produk turunan yang lebih menguntungkan.
Jagung, dari Lahan ke Meja Konsumen
Di wilayah Kademangan, jagung menjadi komoditas utama yang ditanam oleh banyak keluarga. Namun, hasil panen biasanya dijual langsung ke tengkulak dengan harga yang relatif rendah. Kondisi inilah yang mendorong PNM menghadirkan pelatihan khusus bagi 25 nasabah perempuan, agar mereka bisa naik kelas dari sekadar petani dan penjual hasil panen menjadi pengusaha olahan.
Salah satu produk yang diperkenalkan adalah jamudin atau marning jagung, camilan tradisional yang gurih dan disukai masyarakat luas. Dengan proses sederhana dan modal kecil, marning bisa dijadikan usaha rumahan dengan pasar yang stabil.
“Jagung tidak hanya berhenti di sawah. Kalau diolah, nilainya bisa berkali lipat. Dengan klasterisasi, ibu-ibu bisa bekerja sama, saling menguatkan, dan membangun usaha yang lebih kokoh,” ujar Vico, anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang menjadi narasumber pelatihan.
Komitmen PNM untuk Pemberdayaan Perempuan
Acara ini dibuka resmi oleh Setiya Joko Santosa, Pemimpin PNM Cabang Probolinggo, didampingi Ardana Aji Irawan (Manager Supporting) dan Prasetyo Utomo (Manager Regional Mekaar).
Dalam sambutannya, Setiya menegaskan bahwa PNM hadir bukan hanya memberikan akses pembiayaan melalui Mekaar, tetapi juga mendampingi nasabah agar mampu bertumbuh menjadi pelaku usaha yang mandiri dan berdaya saing.
“Pelatihan ini adalah bukti nyata komitmen kami. PNM ingin ibu-ibu nasabah tidak hanya menjadi penerima manfaat modal, tetapi juga bisa berkembang dengan keterampilan baru. Dengan klasterisasi, usaha mikro bisa bersatu dan bersama-sama lebih kuat,” tutur Setiya.