Lihat ke Halaman Asli

Dimas Risky Zakaria

Founder Voucher Gameco | Pemerhati Industri Game & Digital Marketing

Top-Up Game dan Budaya Baru Anak Muda: Beli Sekadar Gengsi atau Bagian dari Strategi?

Diperbarui: 11 Juli 2025   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pemuda sedang fokus bermain game di ponsel, menggambarkan tren top-up game di kalangan anak muda Indonesia. (Ilustrasi)  | Ilustrasi oleh AI

Dunia game telah berevolusi luar biasa dalam dua dekade terakhir. Dari permainan kaset di PlayStation dan rental warnet, kini kita hidup di era mobile gaming dan game online berbasis live service. Perkembangan ini membawa perubahan dalam cara kita bermain, bersosialisasi, bahkan berbelanja---khususnya dalam urusan top-up game.

Sebagai gamer yang aktif sejak zaman Point Blank hingga Genshin Impact, saya menyaksikan langsung bagaimana top-up yang dulu hanya dilakukan oleh "sultan" atau pemain kompetitif, kini menjadi kebiasaan banyak pemain, bahkan yang masih pelajar.

Top-Up: Simbol, Strategi, dan Sosialisasi

Awalnya saya mengira top-up itu hanya soal pamer skin atau gaya-gayaan. Tapi lama-kelamaan saya menyadari, item berbayar sering kali menjadi bagian dari strategi. Misalnya dalam Mobile Legends, menggunakan skin tertentu bisa meningkatkan animasi atau efek skill yang lebih jelas terlihat. Di Free Fire, karakter atau bundle eksklusif bisa memberi keunggulan kompetitif.

Selain strategi, ada pula faktor sosial. Jujur saja, kadang merasa 'kurang percaya diri' saat bermain dengan teman yang tampil dengan setelan langka, sementara saya hanya pakai avatar default. Apalagi saat live stream atau push rank bareng tim.

Ini bukan sekadar gengsi, tapi juga bagian dari identity building---kita ingin tampil beda, mencerminkan gaya main, dan terkadang juga menunjukkan dedikasi terhadap game itu sendiri.

Ketika Hobi Menjadi Gaya Hidup

Data dari Statista menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah gamer mobile terbanyak di dunia. Tidak heran jika tren top-up tumbuh pesat. Banyak orang yang rutin menyisihkan sebagian uang jajan atau gaji hanya untuk top-up skin, gacha karakter, atau battle pass.

Bahkan lebih jauh lagi, banyak yang mulai menjadikan hobi ini sebagai sumber penghasilan: jadi konten kreator, reseller voucher, joki, hingga streamers profesional.

Sebagai bagian dari komunitas gamer, saya sendiri pernah iseng coba jadi reseller voucher kecil-kecilan. Awalnya hanya bantu teman-teman beli diamond Mobile Legends atau UC PUBG lebih murah. Tapi ternyata peminatnya cukup banyak, dan margin keuntungannya juga lumayan.

Platform Lokal Semakin Berkembang

Kalau dulu top-up hanya bisa dilakukan lewat Google Play atau App Store (dengan potongan harga tinggi), sekarang banyak platform lokal yang menawarkan harga lebih terjangkau. Salah satu yang pernah saya coba dan cukup memuaskan dari segi kecepatan transaksi dan harga adalah Voucher Gameco.

Platform ini cukup populer di kalangan komunitas game saya karena menawarkan banyak pilihan game, dari Mobile Legends, PUBG, Free Fire, hingga Honkai Star Rail. Menariknya, metode pembayaran sangat lengkap---dari QRIS, e-wallet, hingga transfer bank.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline