Lihat ke Halaman Asli

Selvia Indrayani

Guru, penulis, wirausaha, beauty consultant.

Menggenggam Asa

Diperbarui: 6 September 2021   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (dok, Pixabay-1926414)

Pada setiap tawa terbesit luka. Ia terus menganga dan ajarkan tentang rasa. Mengubur lembar kelam dengan selimut tawa. Harapkan luka terbebat bahagia.

Pada gundukan tanah bertabur bunga, terlihat basah oleh air mata. Usaha manusia hanya sebatas raga. Sisanya serahkan pada Sang Pencipta. 

Berlindung di bawah naungan kata. Yatim piatu akhirnya biasa. Luka yang tak bernanah, tetapi tinggalkan resah. 

Entah apa sebenarnya arti kerabat. Tanda tanya masih menyelinap dan hadirkan senyap. Hadir hanya kala raga sehat dan harta jadi penyemangat.

Namun, saat kondisi sekarat, taksemua orang mau berjabat. Hanya mereka yang paham bagaimana hidup yang tersekat, bisa hadir lebih dekat.

Antara ada dan tiada seperti dunia maya. Ada yang sirna dari mata, tetapi harus mampu menggapai yang takbiasa. Hadirkan kemampuan di luar kata biasa. Hanya demi menggapai asa.

Genggam erat dalam doa.  Setiap kata yang hadirkan daya. Penyemangat hanya dari jiwa. Jangan pernah harap dari sesama.

Harapan pada manusia ada kalanya kecewa. Terluput dari harapan akhirnya biasa. Hati harus siap untuk legawa. 

Melepas bayang kelam masa lalu dan hadirkan bahagia. Genggamlah asa dan wujudkan dalam setia. Kawal selalu dalam lantunan doa. Dari sanalah hadir kekuatan istimewa. 

Takada yang takbisa jika mau usaha dan doa

Bekasi, 6 September 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline