Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

"Smart Buyer" dan Gengsi

Diperbarui: 5 September 2017   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam ranah marketing dan sales dikenal istilah "product knowledge", yaitu pengetahuan mengenai produk baik barang maupun jasa. Setiap bentuk usaha yang menghasilkan kedua hal tersebut pasti dan wajib menyertakan informasi (akurat) mengenainya. Tujuan informasi akan produk itu sendiri ialah selain sebagai referensi informasi yang dapat digunakan oleh pihak intern untuk tujuan pemasaran berikut juga informasi agar khalayak umum tahu. Kenapa demikian?

Win win solution

Pada hakikatnya product knowledge bermanfaat bagi kedua pihak, apakah itu pihak intern yang bertanggungjawab memasarkan produk tetapi selaku konsumen pun perlu juga tahu dikarenakan informasi yang memadai akan produk dapat membantu konsumen untuk mengambil keputusan mana produk yang tepat ia butuhkan. Sedangkan informasi yang salah atau tidak akurat akan berimbas kepada konsekuensi yang masing-masing pihak dapat terima, semisal dinilai sebagai tindak penipuan, hilangnya konsumen, produk yang tidak berkualitas, aftersales yang tidak baik, dan lain-lain sebagainya.

Sebagai gambaran, saya seorang sales produk mobil dan saya diberikan target untuk menjual beberapa unit setiap bulannya. Tentunya sebagai sales maka ia harus memiliki product knowledge yang baik dan luas (diluar sikap dan penampilan) agar dapat meyakinkan konsumen dengan ekspektasi membeli produk yang dijual, dengan demikian sales dapat mencapai target yang menjadi tanggungjawabnya.

Begitupun product knowledge sangat krusial dan manfaat bagi konsumen. Jika saya seorang konsumen yang ingin membeli sebuah mobil maka saya membutuhkan informasi akan produk selengkap mungkin, dengan demikian konsumen dapat objektif (diluar aspek pemasaran seperti diskon maupun benefit lainnya, sales yang atraktif, interaktif, dan meyakinkan) menilai produk mobil mana yang tepat untuknya. Product knowledge dari konsumen pun dapat menimbang apakah informasi yang ia dapatkan sesuai sehingga dapat menghindarinya dari tindak penipuan maupun salah informasi.

Gampang-gampang susah

"Objektifitas dalam menilai sebuah produk" bagi konsumen bukanlah sesuatu hal yang mudah. Lingkup penilaian sebuah produk seringkali buyar dikarenakan ragam benefit yang bisa didapat diluar nilai produk itu sendiri, semisalkan brand ternama, promo diskon, cash back, dan lain-lain. Contoh, saya membeli mobil dikarenakan nilai ekonominya lebih tinggi yaitu harga dan promo yang ditawarkan menarik tanpa memandang aspek vital layaknya kenyamanan dan keamanan sebuah kendaraan. Atau sebaliknya, konsumen menilai sebuah produk terlalu rendah dari nilai ekonominya. 

Contoh, saya beli smartphone branded dan canggih seharga belasan juta akan tetapi saya hanya menggunakan hanya untuk telepon dan sms serta mengesampingkan benefit lain didalam produk, sedangkan hanya untuk fungsi tersebut saya bisa membeli smartphone dengan harga ratusan ribu saja. Oleh karena itulah mengapa konsumen perlu selalu mengupdate product knowledge-nya seiring waktu dan menggali informasi sedalam-dalamnya akan sebuah produk.

Nilai objektifitas kepada suatu produk tidak harus selalu balance, semisal harga berbanding dengan kualitas dikarenakan itu merupakan tanggungjawab dari produsen bukan konsumen. Selaku konsumen, anda hanya dituntut untuk smart dan aware akan produk berikut informasi.

Dalam produk knowledge ada beberapa penilaian yang menggambarkan seberapa fasihnya seseorang tahu akan sebuah produk, antara lain :

1. Mengetahui brand dan jenis-jenis produk atau jasa yang ditawarkan. Contoh, konsumen tahu akan brand A adalah produsen otomotif dan produk-produk otomotif yang dijual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline